- Back to Home »
- cerita gaje »
- Tobi The Explorer
Sambil nunggu ide dateng lagi,Gw mau repost cerita yg ada di Facebook. Masih tentang akatsuki,Langsung aja Cekidot
Sasuke menguap lebar sekali, lalu menduduki sofa depan
TV yang ada di ruang keluarga rumahnya. Hari ini hari Minggu, dan
kebetulan seluruh anggota keluarganya sedang terlibat beberapa acara
individual.
Fugaku, sang ayah, hari ini katanya akan mengunjungi
kakek Sasuke yang bernama Madara di rumah sakit. Konon, menurut
kesaksian beberapa kerabat, Madara kemarin sudah menulis surat wasiat
ketika ia mengalami serangan jantung yang ke-21 kalinya. Sasuke cuma
bisa berharap Madara nggak lupa mencantumkan namanya di surat wasiat
itu. Yah, aminin sajalah.
Kedua, Mikoto—sang ibu—sibuk arisan bersama ibu-ibu
Konoha lainnya. Kali ini lokasinya di rumah kediaman keluarga
Namikaze—atau rumah Naruto—dan jujur saja, Sasuke berharap ibunya
memenangkan gel rambut paling mutakhir seperti yang dipakai Kakashi
selama ini.
Ketiga, Itachi—sang abang—katanya sibuk tanding game dengan salah satu klan Uchiha lainnya, Shisui. Berhubung Sasuke nggak terlalu suka nge-game, akhirnya dia nggak mau ikutan.
Jadi,
karena itulah Sasuke duduk sendirian di sini—di ruang TV
keluarganya—sambil memangku setoples keripik singkong murahan yang
harganya bahkan nggak mampu membeli lima biji permen sekalipun.
Nggak tahu harus ngapain, akhirnya Sasuke mengambil remote TV dan mulai menyalakannya.
Sayangnya,
saluran satu, dua, tiga, empat, sampai lima, tidak ada yang menarik
minat Sasuke. Sampai akhirnya ia menekan saluran keenam dan sebuah lagu
aneh menyambutnya.
"Tobi the Explorer! Program edukatif masa kini!"
Sasuke melongo.
Setelah itu, muncullah opening theme yang
heboh dan beberapa karakter acara tersebut. Si tokoh utama yang
bernama Tobi itu memakai topeng oranye dan baju serba hitam. Sasuke
jadi penasaran kenapa program nggak jelas begini bisa lulus lembaga
sensor film Konoha.
"Hai, aku Tobi! Tobi is a good boy!" Tobi memperkenalkan diri setelah lagu pembuka nista itu berakhir.
Di sampingnya, seekor rubah oranye berekor sembilan nyengir lebar. "Aku Kyuubi!" katanya, padahal nggak ada yang nanya namanya.
Sasuke mulai tertarik.
Kemudian,
Tobi melanjutkan, "Hari ini kita akan ngapel ke rumah Konan! Tapi Tobi
nggak tahu arahnya… Pada siapa kita harus bertanya bila kita tidak
tahu arah?"
Kyuubi langsung ngejerit, "Katakan, 'Pakkun'! Katakan, 'Pakkun!'" Apaan sih.
Tobi masih nggak mudeng dan kembali bertanya pada penonton, "Pada siapa kita harus bertanya bila kita tidak tahu arah?"
"Pakkun!" akhirnya Sasuke terbawa suasana juga.
"Lebih keras!" seru Kyuubi manas-manasin suasana.
"Pakkun!" Sasuke teriak lagi.
"Aku tidak bisa mendengarmu, katakan lebih keras!" Tobi maksa.
"PAKKUN!" Mampus, Sasuke kesel sendiri.
Bwuuush!
Kabut muncul dan menutupi layar kaca. Sasuke sudah hampir panik, ngeri
kalau-kalau acara ini berujung mistis. Namun syukurlah, kabut menipis
dan sosok anjing jutek nongol di layar kaca.
"Aku Pakkun,"
katanya datar kayak penggaris. "Bila kau mencari lokasi, akulah yang
dicari—aku Pakkun, aku Pakkun, aku Pakkun. Bila kau mencari tempat,
akulah orang yang tepat—aku Pakkun, aku Pakkun, aku Pakkun, aku Pakkun,
aku Pakkun!"
"BANGKE!" Sasuke yang kesel sendiri sama Pakkun ngelempar toples keripik singkongnya ke arah TV dengan penuh hawa napsu.
Pakkun
santai aja, dia melanjutkan, "Nah, Tobi mau ngapel ke rumah Konan.
Tapi dia nggak tahu arahnya. Kalian melihat rumah dengan bahan kertas?"
Sasuke sweatdrop. Rumah macem apaan terbuat dari kertas? Ancur dong kalo kena ujan? Tapi ini pertanyaan cetek buat seorang Uchiha.
"Di
sana!" Sasuke menjawab dengan antusias sambil menunjuk sebuah rumah
putih berbahan kertas dan bermotif origami bebek yang terletak di antara
pepohonan hutan.
Kursor yang entah sejak kapan nongol memencet arah yang ditunjuk Sasuke.
"Kau
benar! Itu rumah Konan! Rumah Konan ada di Amegakure, dan Tobi ada di
Konohagakure. Jadi, untuk ke menuju Ame, Tobi harus melewati beberapa
desa, beberapa laut, juga beberapa negara!"
"Buset," Sasuke geleng-geleng kepala. Ini mau ngapel apa nyari kitab suci ke Barat?
"Jadi,
untuk mencapai Ame, Tobi harus melewati tiga tempat, yaitu: Suna,
Kiri, dan Ame. Mengerti? Ulangi bersama-sama: Suna, Kiri, dan Ame.
Suna, Kiri, dan Ame!"
BOFFF! Pakkun berubah jadi asap putih dan
langsung ngilang ke dalam topeng Tobi. Entah kenapa Sasuke berfirasat
kalau acara ini mulai nggak bener.
"Nah, ke mana kita harus berjalan?" Tobi nanya lagi.
"Suna, Kiri, Ame," jawab Sasuke santai.
"Apa? Coba ulangi," Tobi meminta dengan ramah.
"Suna, Kiri, Ame," Sasuke masih berusaha santai.
"Aku tidak bisa mendengarmu!" Lagi-lagi Tobi bilang gitu.
"Suna, Kiri, Ame!" Sasuke—dengan stok kesabaran yang nyaris habis—menjawab sambil memegang sapu lidi buat ngorek kuping Tobi.
"Aku juga tidak bisa mendengarmu!" Kyuubi malah ikut memperpanas suasana. "Katakan lebih keras!" perintahnya kurang ajar.
"SUNA, KIRI, AMEEEE!" Sasuke akhirnya menjerit putus asa.
"Oke, mari kita mulai perjalanan kita~!" Tobi dan Kyuubi mulai bernyanyi mengikuti backsound nggak jelas yang tiba-tiba muncul.
Sasuke sibuk sumpah serapah.
"Ayo
kawanku, ayo semuanya. Kita mulai berjalan, kutahu engkau pasti bisa.
Ke mana kita berjalan? Ke Suna! Ke mana kita berjalan? Ke Suna! Ke mana
kita berjalan? Ke Sunaaaa~!" Sembari nyanyi bareng Tobi, Kyuubi
melakukan aksi jumpalitan yang nistanya menerobos langit ketujuh.
Akhirnya mereka sampai ke jembatan. Di sana mereka dihadang oleh Sasori.
"Kalau kalian mau melewati Suna, carikan dulu boneka Barbie dan Ken milikku yang hilang!" perintahnya ngebos.
Tobi dan Kyuubi memelas ke kamera. "Maukah kalian membantu kami mencarikan mainan Sasori?"
"Nggak,"
jawab Sasuke, tapi begitu dia melihat layar berubah menjadi semak
belukar dan matanya menangkap dua benda yang dicari, dia malah menjerit,
"Itu! Di situ!"
"Betul!" Kyuubi sumringah. Boneka Barbie dan Ken
itu langsung disambar Sasori dan dua tokoh utama kita buru-buru
meninggalkan Sasori yang langsung sibuk main boneka-bonekaan.
"Nah, setelah melewati Suna, ke mana kita harus berjalan lagi?" Tobi berhenti berjalan, buta arahnya kumat.
'Mampus, gua lupa!' Sasuke membatin. Segera ia berlari untuk mengambil peta di antara halaman-halaman buku geografinya, lalu ia menjawab, "Kiri!"
"Betul!" Tobi girang. Backsound nista
itu muncul lagi. "Ayo kawanku, ayo semuanya. Kita mulai berjalan,
kutahu engkau pasti bisa. Ke mana kita berjalan? Ke Kiri! Ke mana kita
berjalan? Ke Kiri! Ke mana kita berjalan? Ke K-Ki-Kiri…!" Suara Tobi
akhirnya ludes juga karena capek nyanyi.
Akhirnya mereka sampai di Kiri. Kali ini mereka dihadang oleh seorang laki-laki besar dengan muka hiu dan gigi gergaji.
"Khu khu khu, kalau mau lewat sini, seberangi dulu sungai penuh hiu ini!" kata Kisame sambil nyebur ke sungai.
Tobi dan Kyuubi langsung diem, kicep.
"Untuk
menyeberangi sungai hiu, kita butuh umpan dan perahu kecil. Maukah kau
membantu kami menemukan umpan dan perahu kecil?" tanya Tobi akhirnya.
"Ya!" Sasuke mulai terbakar rasa penasaran tingkat tinggi.
Layar langsung menampilkan semak-belukar.
"Di
antara semak-semak ini, terdapat beberapa potongan tubuh manusia dan
sebuah perahu kecil. Perahu itu berwarna kuning. Apakah kalian
melihatnya?"
Sasuke positif kalau acara ini benar-benar tidak baik dan tidak layak lulus sensor.
Tapi
mau tidak mau, Sasuke harus mengikuti acara ini sampai akhir, jadi dia
menunjuk sebuah benda berwarna kuning. "Itu perahunya!"
"Benar!" Kyuubi bersorak. "Apa kalian melihat potongan kepala?"
Dengan mulas, Sasuke menunjuk sebuah kepala di atas pohon.
"Yay!" Tobi melonjak kegirangan. "Selanjutnya, potongan kaki!"
"Itu," Sasuke menunjuk bagian kanan sebuah semak-semak.
"Bagus! Terakhir, potongan tangan!" Kyuubi mencecar.
Dengan ngeri, Sasuke menunjuk bagian bawah sebuah pohon rindang.
"Yaaaay! Kau berhasil! Sekarang, mari kita lemparkan umpan dan kita dayung perahunya~!" Tobi kembali riang.
Setelah selesai mendayung, Tobi dan Kyuubi kembali bertanya, "Sekarang arah mana kita harus berjalan?"
"Suna, Kiri… Ame!" Sasuke berkata setelah berpikir sebentar.
"Benar! Mari kita menuju Ame!" sorak Tobi. Mereka nyanyi-nyanyi lagu kebangsaan nista itu lagi dan Sasuke memilih diam.
Sampai di Ame, seorang cowok peot berambut merah mencegat mereka.
"Kalau mau lewat ke rumah Konan, carikan dulu susu penambah berat badanku yang hilang!" perintah Nagato maksa.
Tobi menoleh ke kamera. "Susu nagato berwarna putih dengan simbol riak air. Maukah kalian memban—"
"AAARRGHH! ITU TUH, DI DEKET PAYUNG!" Sasuke murka.
"Apa?" Tobi budeknya nggak ketolongan.
"Ucapkan lebih keras!" Kyuubi juga sama bolotnya.
"DEKET PAYUNG, TUH! DEKET PAYUUUNNG!" Sasuke menggebrak meja dengan kadar amarah sejadinya.
"Hebat! Kau benar!" Tobi memuji.
Kemudian, seorang gadis cantik keluar dari rumah kertas yang terletak di belakang punggung Nagato.
"Akang Tobi!" seru Konan sambil berlari dan memeluk Tobi.
Sasuke geleng-geleng sambil menghela napas. Kasihan betul cewek itu, pacaran sama cowok superbudek.
"Berhasil,
berhasil, berhasil, hore!" Tobi berkata riang. "Kita berhasil
menemukan boneka milik Sasori. Berhasil, berhasil, berhasil, hore! Kita
berhasil melewati sungai penuh hiu milik Kisame, berhasil, berhasil,
hore! Kita sampai di Ame, dan menemukan susu Nagato! Berhasil, yaaaay!"
Kyuubi membiarkan Tobi nyanyi, ngeri suaranya ikutan serak-serak becek
kayak suara Tobi sekarang.
"Bagian mana yang paling kalian suka?" akhirnya Kyuubi bersuara.
"Nggak
ada, bikin emosi semua," Sasuke mendengus jengkel, merasa harga
dirinya sebagai seorang Uchiha jatuh ke jurang terdalam dengan
mengikuti acara penuh dosa ini. Salah sendiri kenapa tadi kebawa napsu.
"Aku juga suka bagian itu!" Kyuubi membenarkan Sasuke, berarti dia nggak ikhlas jadi host acara ini.
"Kalau begitu, sampai jumpa di petualangan selanjutnya!" pamit Tobi. "Adios~!"
#
Sasuke menghela napas dan membanting remote TV
ke karpet bulu di bawahnya. Otaknya cenut-cenut dan jantungnya
berdebar keras. Sepertinya ini efek samping dari menonton acara 'Tobi
the Explorer' terhina itu.
"Capek ya?"
"Iya," Sasuke menyahut, nggak menyadari suara siapa itu.
"Tumben kau nonton acara begituan."
"Lumayan asyik, sih, tadinya."
"Oh."
Satu…
Dua…
Tiga…
Sasuke berbalik dan menjerit, "NII-SAAAAN?"
Mampus sudah. Itachi berhasil memergoki Sasuke menonton 'Tobi the Explorer' ternyata.
"Lain kali, kalau kau memang suka, bilang saja. Biar aku belikan kaset game-nya. Ada banyak versi terbarunya, kok," Itachi menawarkan kebaikan dengan senyum jutaan volt.
Sasuke langsung pingsan dengan mulut berbusa.