- Back to Home »
- cerita gaje »
- Susahnya dapetin First Kiss
Hai, ahh lama gak menyapa, ehehe. Kali ini saya bakalan ngelanjutin serial Udin dan Michele! Maaf ya baru bisa ngelanjutin lagi, soalnya susah cari ide yang pas buat 2 chara ini. *maaf chele*. Daripada lama-lama, dan ngejelasin pake summary, mending langsung aja cekidot.
.
.
Udin's pov
Gadis itu tampak masih
menundukkan kepalanya. Entah apa yang ia sembunyikan dariku. Aku bisa
melihat semburat merah di kedua pipinya yang putih. Ada apa? Apa yang
kau sembunyikan?. Pertanyaan itu ingin sekali kuucapkan. Tapi aku tau,
ia tak akan menjawab sekalipun aku bertanya 1000 kali. Tak apa. Bagiku
yang terpenting adalah ia tetap berada di hadapanku.
Aku dan dia
masih diam dan saling berkutat pada pikiran masing-masing yang tak
berujung dan tak jua memperolah kesimpulan. Aku berhenti. Aku memilih
untuk memperhatikan wajahnya yang luar biasa cantik dan sifatnya yang
mengagumkan. Tubuhnya semampai, rambutnya yang halus, mata sipitnya yang amat lembut dan membawa ketenangan. Aku memang sangat beruntung
memilikinya, walaupun aku harus bersaing dengan 1000 orang ganteng untuk mendapatkan Michele. Aku tau dia sadar bahwa sejak tadi aku memandangi wajahnya,
membuat semburat merah di wajahnya semakin kentara. Aku paling suka
itu. Aku baru sadar, ternyata aku genit juga.
Aku rasa aku mulai
bosan dengan keadaan diam ini, ayolah udin, temukan ide. Jangan diam
seperti ini, tunjukkan keberanianmu. Kau harus mengatakannya, demi harga
dirimu. Semangat….!
"emmmm….Michele sayang". ucapku pelan agak ragu-ragu. Ohh Tuhan, tolong aku, aku telah bertobat.
"iya sayang?…". Aduh suara itu manis sekali. Kalau bukan karena adik-adikmu yang galak itu sudah ku bawa pulang kau.
"ano…emmmm…". Aku masih ragu-ragu.
"iya…?". Michele nampaknya penasaran. Tapi sekarang giliranku yang seperti cacing
kapanasan. Ayolah katakanlah kalau kau ingin menciumnya. Gampang kan?
"emmm…".
"apa…..?".
"ano…boleh aku pinjam toilet?".
'Deggg….!'
' Baka….!kau bilang apa Udin? Bodoh, kok bisa seperti itu. Ah…..'
"si-si-silahkan-saja…".
Jawab Michele terbata-bata. Lho dia kok jadi gagap begitu. Aku kan hanya
mau pinjam toilet, bukan menciumnya. Baru segini saja kau sudah gagap
bagaimana kalau ku cium jangan-jangan kau langsung bisu seketika.
Tidaaaaaakkkk…..!
"terima kasih…". Aku mengucapkan sambil tersenyum. Lagi-lagi wajahnya memerah.
Sepanjang
jalan menuju pulang aku hampir gila karena kebodohanku tadi. Kenapa
harus toilet?. Kenapa tidak bilang kalau aku ingin menciumya. Dasar
pecundang. Padahal aku sudah 7 bulan berpacaran dengan gadis cantik dan-ehm-mempesona itu. Tapi aku belum pernah menciumnya. Sungguh
prestasi yang amat sangat memalukan. Coba bayangkan, Budi hampir tiap
hari dengan Inem. Joko malah udah dapet gebetan baru, langsung nikah. Ayolah jangan jadi orang
yang memalukan. Bagaimana kalau orang satu geng tau? Aku pasti diketawain
siang malam.
Tapi aku tak tega kalau harus mencium seorang gadis cantik yang ku cintai ini. Dia gadis yang berbeda. Aku sama sekali tak
pernah memaksakan keinginanku padanya. Seorang sepertiku ini bisa luluh oleh
seorang gadis sipit bertubuh jangkung *sorry chele*. Perlu dicatat dalam sejarah Indonesia tercinta!
Aku masih ingat saat aku menyatakan perasaanku padanya, coba tebak, apa yang terjadi:
Langsung diterima
Pikir-pikir dulu
Ditolak (aku rasa itu jawaban ternorak yang pernah ada, aku kan sudah jadi kekasihnya)
Diam dan tersenyum manis padaku.
Tidak menjawab apa-apa.
Teeeeetttt…toooootttt…..
Jawaban anda salah semua…huuuuuu….
Perlu diketahui saja, pertama kali aku bilang bahwa aku menyukai Michele, gadis itu langsung marah-marah di tempat. What the hell…! Dia
kira aku hantu yang naksir bidadari apa?! Jangan bilang kalau memang
tampangku ini mirip genduruwo Bondowso ya…! Tapi syukurlah, Michele menerima cinta
dari babang Udin yang-ehm-puallingg ghuantheng ini….muahahahahahaha…..
Kembali
ke lap-eh salah-kembali ke pokok permasalahan. Saudara-saudara, seorang Udin belum mendapat ciuman pertama dari sang pacar Michele. Terus aku harus gantung diri gitu? Ya jangan dong,
nanti Michele ku diambil oleh si ngek-ngok Habib rese itu. Aku tau Habib rese itu menyukai Michele ku yang unyu-unyu berat itu. Matanya
selalu hijau tiap melihat Michele. Ah, rasanya ingin kumakan hidup-hidup
mamalia bertaring yang berdarah hangat itu-halah bahasanya-.
Ahaaaa….! Oooouuuuu yeeeaaahhhh….!
Ternyata
otak Udin tak se-dodol yang dibilang orang. Aku dapat ide
cemerlang. Yuhuuuuu…lihat saja nanti, teman-temanku pasti akan kagum
dengan kehebatan ku. Sik…asik….tunggu saja Micheleku yang unyu-unyu aku
akan membuatmu semakin mencintaiku.
End Udin's pov
Bruuummmm…brummm….
Deru
suara motor legenda keluaran taun 80-an itu nampak berhenti di sebuah taman
kecil di seberang jalan. Terlihat sosok pemuda nampak melepas helmnya,
dan….
Slash…
Rambut putihnya bagai uban bergerak diterpa angin,
terlihat berantakan namun malah membuatnya semakin aneh. Kulitnya gak jelas. Matanya berwarna hitam legam yang kali ini terlihat
begitu sumringah. Tubuhnya yang kerempeng kayak lidi itu terlihat atletis
sekali #nahantawa. Ia membuka resleting jaketnya dan turun dari motor yang baru
saja ia parkir. Sesegera mungkin ia menggandeng gadisnya yang sudah
terlebih dulu turun. Terlihat semburat merah di pipi gadis itu. Pasti ia
sedang terpesona dengan pemuda yang ada di sampingnya.
Mereka
berdua berjalan beriringan masuk ke area taman. Si gadis Nampak tak
begitu kesulitan mengimbangi langkah sang pemuda yang agak lebar. Namun
ia tetap menundukkan kepalanya tanpa mau menatap lelaki yang tengah
menggandengnya dengan tingkat ke-PD-an yang luar biasa akut. Semburat
merah masih saja terlihat di kedua pipi mulusnya itu.
"emmm, Michele, kenapa kau tidak bertanya…?". Tanya Udin sembari tetap menggandeng tangan kekasihnya itu.
"ano, Tanya apa Udin sayang?". Michele balik bertanya.
"pewh….kenapa tidak Tanya kita mau kemana?".
"untuk apa? Toh aku denganmu. Tak masalah". Ucap Michele malu-malu. Membuat Udin muncul setan jailnya.
"bagaimana
kalau ku ajak kau terjun dari lembah akhir tempat aku bertengkar dengan Zain dulu?". Udin tersenyum jahil lebih tepatnya hampir mirip setan
yang sukses memasukkan manusia dalam neraka.
" Udin!". Michele Nampak mengembungkan pipinya. Kelihatanya ia cemberut. Membuat
ekspresi si Udin berubah jadi setan kelaparan.
"Eh…aku hanya
bercanda. Jangan marah begitu". Udin memohon pada Michele membuat gadis
itu kembali memerah. Eh, ngomong-ngomong kenapa dengan gadis ini?
Kenapa dia selalu memerah tiap kali berhadapan dengan Udin.
Jangan-jangan kelainan*di geplak Udin.
" jangan bicara begitu, aku takut Udin".
" iya sayang….". halah bahasanya.
Mereka
berdua lalu berhenti di tepi danau buatan kecil yang terdapat di tengah
taman. Suasana Nampak lengang, hanya ada beberapa orang yang tengah
sibuk dengan urusan masing-masing. Keduanya duduk disebuah bangku kecil
yang tepat menghadap kearah danau.
Perlahan namun tak pasti udin
meraih jemari tangan Michele yang nganggur di atas bangku. Awalnya si Michele
terkejut namun ia berhasil meredam keinginannya untuk
pingsan-uuaappphaaa…!pingsan lagi…?! Bukannya Michele itu terkenal enerjik?. Udin mendekatkan wajahnya ke
wajah Michele, Michele nampak kelabakan dan bingung harus berbuat apa.
Udin semakin dekat dengan Michele. Tinggal 2 sentimeter lagi, ciuman
pertama akan sukses, dan dia tidak akan jadi bahan tertawaan
teman-temanya.
1….
2…
3…
Sedikit lagi….
"Bang, abang lagi ngapain?" Seorang anak kecil sukses mengganggu acara 'first kiss' Udin.
'Anjrit! Bentar lagi tuh padahal' gumam Udin dalam hati.
"Adek kecil, ada apa?" Tanya Michele
"Itu, sepeda motor yang ada disana punya abang?" Seketika Udin melongo kearah parkiran, tempat yang ditunjuk si anak kecil itu. Ia kaget, motornya tidak tampak.
"Waduh, motorku kemana? Ahh, jadi gagal kan." Udin hanya bisa pasrah, dan pulang dari taman itu dengan menggendong kekasihnya.
Dalam perjalanan pulang.
"Maaf yah sayang, hari ini acaranya jadi kacau"
"Gapapa kok sayang, aku bisa ngerti kok" Jawab Michele dengan senyum termanisnya
'Ahh senangnya punya kekasih seperti Michele, walaupun aku gak dapet first kissnya sampe sekarang, tapi aku selalu dapat senyumnya' gumam Udin dalam hati.
Udin pun berniat untuk melanjutkan aksinya lain hari.
End.
Hehehe, gimana ceritanya? mungkin agak aneh, jadi komentarnya ditunggu, Arigatou.