- Back to Home »
- Jokowi, antara Pencitraan dan Kegagalan
Sebenarnya, aku bingung dengan Politik saat ini. Mengapa Poilitik saat ini begitu sangat kotor? Orang lemah yang berkecimpung di dunia politik seakan-akan tidak mampu berkuasa,namun orang-orang bodoh yang memiliki cukup ‘persenjataan’ ,tahukan maksud saya? Uang. Yup, Politisi saat ini hanya bermodalkan uang, sudah mendapatkan jabatannya.
Termasuk dengan tokoh yang ingin saya bahas saat ini,Joko Widodo. Kenapa Joko Widodo? Bukankah dia justru tokoh perubahan? Tidak. Jokowi itu cuman mainan dari para politisi saja. Apa kalian tahu, Jokowi sendiri itu ke Jakarta karena siapa? Siapa lagi kalo bukan Megawati. Dia ke Jakarta saja juga karena perintah dari Megawati, selaku Pembina dari PDIP. Dia mengaku kalo dia diperintah oleh Megawati, untuk bersaing di Jakarta dalam Pemilu DKI yang waktu itu akan segera bergulir. Maka, dia membuat strategi khusus agar rakyat Jakarta mau memilihnya. Dia pakailah cara yang agak unik, Blusukan. Walaupun cara ini sudah umum ia jalani di Solo,namun masyarakat Jakarta masih awam. Setelah dia berhasil memenangkan hati dari rakyat Jakarta,dia lalu mulai bergelut dan memperdalam permasalahan dari Jakarta itu sendiri. Tapi, ada maksud dari itu semua. Jokowi yang tenar karena keberaniannya mengganti mobil dinasnya dengan mobil produk dalam negeri, Esemka itupun didukung oleh orang yang berduit dalam memenangkan pilkada. Lagi-lagi, politik uang pun bermain. Memang sejatinya sulit untuk dihindari, walaupun tokoh itu kelihatannya baik, namun politik seakan menyembunyikan kebusukannya.
Lalu, saat ini saja Jakarta sedang diuji. Mungkin,u jian ini untuk Jokowi dan pasangannya, Basuki Tjahaja Purnama untuk menangani permasalahan yang sudah menjadi kebiasaan di Kota Megapolitan ini. Banjir. Itulah kata yang sudah menjadi rutinitas tiap tahun di Jakarta saat musim hujan telah tiba. Seakan mewarisi masalah dari pemimpin masa lalu, banjir di DKI ini bahkan sampai masuk ke jalan-jalan elit Jakarta,seperti Jl. M.H Thamrin, Jl Sudirman, bahkan bundaran HI yang menjadi salah satu maskot kota Jakarta, selain Monas pun, menjadi kolam coklat. Penanganan yang dilakukan Jokowi, seperti biasa, blusukan. Jokowi turun ke posko pengungsian untuk memberikan bantuan yang pada masyarakat. Tapi,apakah itu merupakan salah satu cara terbaik untuk bisa menangani banjir Jakarta. Dia begitu lambat, bahkan tidak tahu harus berbuat apa. Harusnya dia setidaknya bisa cepat tanggap dalam mengatasi masalah banjir, karena itu merupakan kewenangan yang dimilikinya. Dia harus meminta seluruh jajaran yang ada dibawahnya untuk mengetahui tingkat keparahan banjir itu, dan mencoba membaca prediksi kemana arah banjir selanjutnya. Lalu, ia harusnya dapat berkoordinasi dengan Dinas-dinas terkait, bukannya malah keluyuran menghampiri warga tanpa perhitungan yang jelas. Tindakan Jokowi yang tetap membudayakan blusukan disaat bencana seperti ini tidak memberikan efek apapun. Hanya akan memperparah kondisi dan situasi, karena petugas nanti akan kerepotan dalam menjaga keamanan sang Gubernur. Pihak pemprov DKI pun tidak menginformasikan ke publik, malah media yang turun tangan dalam hal ini. Aparat pemprov sepertinya kehilangan kendali disaat seperti ini. Arahan dari pak Jokowi pun kurang jelas,sehingga mereka sendiri pun tak tahu harus berbuat apa.
Bahkan,saat ditanya media mengenai kemanakah wakil Gubernur,Basuki Tjahaja Purnama, Jokowi malah menjawabnya seperti ini : “lagi disuruh cari batu dan pasir”. Apakah rasional,j ika media yang sedang serius untuk menggali informasi mengenai bencana,j ustru dipermainkan? Tidak. Jokowi pun bukan apa-apa tanpa budaya Blusukan-nya.
Sebenarnya, bukan kali ini saja Jokowi itu menunjukan ‘Kegagalan’nya. Bahkan,sebelum ia pindah dinas ke Jakarta sebagai Gubernur, dia memang sudah gagal. Mengapa gagal? Sebenarnya,saya juga kaget. Karena mungkin saya adalah salah satu dari sekian orang yang terkena silaunya popularitasnya, sehingga tidak peduli terhadap rekam jejaknya sebelum ia menjadi Gubernur saat ini. Mungkin media saat ini gencar mengikuti kemana Jokowi berada. Media banyak mengumbar berita tentang baiknya Jokowi dalam berpolitik. Jika dilihat, Di Solo, bertahun-tahun selalu saja banjir. Alasannya, sungai Bengawan Solo yang meluap. Tetapi,sebagai walikota saat itu, apakah ada gerakan dalam meminimalisir banjir yang selalu hadir di Solo saat musim hujan tiba? Hampir tidak ada! Tidak hanya itu. Kota Solo juga tiap hari selalu dirundung dengan kemacetan. Kepadatan di kota Solo memang sangat sulit ditekan. Namun, berkaca dari konsep yang akan dijalaninya di Jakarta, apakah dia terapkan dahulu di Solo? Walaupun Jokowi sempat mengeluarkan ide, dengan lahirnya Railbus yang saat ini ada di Jalan Slamet Riyadi, namun ini tidak mampu menekan angka kemacetan di Solo. Solo tetap saja macet.
Tidak hanya itu, bahkan, Gubernur yang sukses meraih sebuah penghargaan internasional, tidak mampu menekan angka kemiskinan di Kota Solo. Pertumbuhan ekonomi di Solo saja bahkan jauh dibawah standar Nasional. Data BPS Solo mencatat, pada tahun 2010, Pertumbuhan ekonomi di Solo hanya 5,94%, jauh dibawah standar Nasional yang berada di tingkat 6,1%. Belum lagi, tingkat kemiskinan di Kota Solo masih tinggi. Pada masa kepemimpinan Jokowi di tahun 2005-2010, BPS menyatakan di tahun 2010 saja, Tingkat kemiskinannya mencapai 13,98%. Angka itu saja jauh dibawah Jakarta,yang hanya 3,7%. Ini hanyalah beberapa kecil dari kegagalan Pak Jokowi dalam masa pemerintahannya di dunia politik.
Walaupun memang sedikit mengupas kegagalannya, namun Jokowi dapat diandalkan dalam hal tertentu. Jokowi mempunyai ide-ide dan konsep yang cukup menjanjikan. Itulah mengapa dia dapat membaca situasi tertentu dengan cepat. Semoga, kedepannya banyak lahir politisi yang bersih, jujur dan amanah. Karena saat ini sangat sulit untuk mencari pemimpin yang bersih. Memang ada politisi yang bersih, yang kebanyakan mencalonkan diri sebagai independent. Namun, sepertinya masyarakat lebih tergoda dengan politisi yang digandrung oleh parpol, karena nama besar parpol yang ada di negeri ini, tanpa memperdulikan politisi jalur independent.
Mungkin,dunia politik memang sudah sangat kotor, namun jika kita dapat mengubahnya menjadi lebih baik, dan berkaca pada zaman nabi, kenapa tidak? – M. Ricky Anggoro. Pratomo
Mega menunjuk jokowi krn konon katanya juga ditekan oleh pihak asing, mereka mengancam mega utk mengungkap korupsi mega dan mengganggu bisnis yg mghidupi mega, jadi ya ya, . . . si mega itu, kasian sebnernya, tapi ya udah sih namanya jg haus kekuasaan, pasti didatengkan juga dg orang2 yg jg haus kekuasaan
BalasHapus