Archive for 2013
Lost Someone
Hai Readers, lama nih gak menyapa, ehehe. Maklum, kesibukan sekolah, belum lagi sekarang aku sedang menghadapi UKK. Mohon doanya yah, hehe. Sekarang aku mau upload cerpenku. Kali ini, aku coba untuk memakai cerita di Roman The Three Kingdom (yang gak tau, coba aja baja di wikipedia sejarahnya), tapi dengan versi saya sendiri, ehehehe. Roman ini juga dijadikan sebuah game dengan nama serial ''Dynasty Warrior". Cerpen ini mengisahkan tentang Seseorang yang tentang Sun Shangxiang, yang kehilangan suaminya, Liu Bei, akibat perang di Yi Ling. Daripada penasaran, yuk cekidot
"Liu Bei sudah mati!"
Kalimat terkutuk itu terus menggema di benak Sun Shang Xiang meskipun sudah dua hari berlalu sejak ia mendengarnya dari Sun Quan, kakaknya. Setiap kali ia mencoba mengusir kalimat laknat itu dari otaknya, semakin keras kalimat itu terngiang-ngiang.
Gadis itu menggigit bibirnya kuat-kuat untuk menahan air matanya. Dia sudah bertekad untuk tidak menangis. Lagipula, berita kematian Liu Bei seharusnya merupakan suatu kabar yang sangat baik, bukan? Kematian Liu Bei akan mempercepat kehancuran Shu. Dengan demikian, cita-cita ayah dan kakaknya untuk mempersatukan tiga kerajaan akan semakin dekat dengan kenyataan.
Namun, pemikiran-pemikiran semacam itu justru membuat emosi yang sudah dikuburnya dengan susah payah mendesak keluar. Gadis itu mulai menyalahkan kenyataan; menyalahkan diri sendiri, keluarganya, kerajaannya, bahkan seluruh Cina. Seandainya peperangan konyol antara 3 kerajaan bodoh ini tidak terjadi… Seandainya kakaknya tidak menjodohkannya dengan Liu Bei… Seandainya ia tidak jatuh cinta pada Liu Bei sejak awal….
Air mata gadis itu pun meledak tanpa bisa ditahan lagi.
=0=0=0=
Da Qiao menuju ke kamar Sun Shang Xiang dengan perasaan gundah. Ia tak henti-hentinya memikirkan adik iparnya yang tidak keluar dari kamar sejak 2 hari yang lalu itu. Da Qiao menyesalkan sikap Sun Quan yang terlihat acuh tak acuh pada kondisi adik perempuannya. Sebagai seorang wanita, Da Qiao tahu benar masalah Sun Shang Xiang jauh lebih kompleks daripada yang terlihat.
Sesampainya di sana, Da Qiao melihat kamar itu terkunci rapat seperti biasa. Sejumlah pelayan yang membawa nampan dengan makanan di atasnya sedang mengetuk pintu berkali-kali. Mereka setengah berharap sang penghuni kamar mau membuka pintu dan menerima makanan yang telah disediakan.
Begitu melihat Da Qiao, para pelayan itu segera berhenti mengetuk dan bersoja kepadanya. Da Qiao mengambil nampan yang dibawa mereka dan menyuruh mereka untuk pergi. Wanita itu kemudian mencoba hal yang sama seperti yang dilakukan para pelayan itu sebelumnya.
"Shang Xiang, ini aku, Da Qiao. Tolong buka pintunya," ucap Da Qiao sambil mengetuk pintu.
Tidak ada jawaban dari dalam kamar. Da Qiao menghela napas. Sepertinya ia tidak punya pilihan lain kecuali mencoba cara yang sebenarnya sangat tidak disukainya.
"Buka pintunya atau aku akan memanggil kakakmu untuk mendobrak pintu kamar ini!" ancam Da Qiao.
Sesaat kemudian, Da Qiao mendengar suara kunci pintu dibuka. Kelegaan wanita itu berganti dengan kekagetan saat ia melihat sosok Sun Shang Xiang di balik daun pintu yang terbuka. Putri Wu itu terlihat sangat kacau. Rambutnya berantakan, wajahnya merah padam, dan matanya bengkak akibat terlalu banyak menangis. Penampilannya juga sangat lusuh. Entah sudah berapa lama Sun Shang Xiang tidak berganti pakaian, apalagi mandi.
"Ya Tian(1)!" pekik Da Qiao sambil menghambur masuk ke kamar, "Apa yang terjadi denganmu, Shang Xiang?"
Sun Shang Xiang tidak menjawab, namun raut wajahnya sudah cukup untuk mewakili seluruh isi hatinya. Tidak perlu kata-kata untuk menjelaskan betapa hancur hati putri kerajaan Wu ini.
Da Qiao menatap mata Sun Shang Xiang dalam-dalam. Mata yang biasanya selalu penuh tekad dan bercahaya itu kini mati. Tidak ada lagi air mata yang mengalir. Mungkin saja air mata itu sudah kering karena kesedihan yang amat sangat.
"Shang Xiang, aku tahu kau sedang mengalami saat-saat yang sulit, tapi kau tidak boleh mengabaikan kesehatanmu," ucap Da Qiao lembut sambil mengangkat nampan yang dibawanya, "Aku sudah membawakan makananmu. Sebaiknya kau makan dulu dan kita dapat berbicara sesudah itu."
Sun Shang Xiang mengambil sumpit serta makanan di atas nampan dengan enggan. Gadis itu hanya makan beberapa suap. Da Qiao sempat memaksa Sun Shang Xiang untuk makan lebih banyak, namun gadis itu menolak.
"Nah, Shang Xiang, sekarang ceritakan masalahmu padaku. Tidak ada masalah yang tidak bisa diselesaikan kalau kau mau meminta bantuan orang yang kamu percayai," ucap Da Qiao, "Katakan, apa yang sedang mengganggu hatimu?"
Sun Shang Xiang hanya menjawab pendek sambil memandang jendela, "Kau sudah mengetahuinya."
Da Qiao menghela napas dengan prihatin, "Soal Liu Bei?"
Sun Shang Xiang tidak menjawab. Sorot matanya yang kosong tidak lepas dari jendela, membuat Da Qiao ikut memandang jendela juga. Langit biru, awan putih, dan matahari yang bersinar gagah sangat kontras dengan suasana hati Sun Shang Xiang. Sungguh ironis.
"Dia…. Jauh lebih berarti daripada yang kukira…." gumam Sun Shang Xiang.
Da Qiao mengalihkan tatapannya pada Sun Shang Xiang. Sorot mata gadis itu kini berubah. Ada kerinduan yang tersirat dalam matanya.
"Aku mencintainya. Aku ingin bersamanya."
"Dia sudah tiada, Shang Xiang," bisik Da Qiao sedih sambil menggelengkan kepalanya, "Kau tidak boleh begini terus. Hidupmu masih panjang. Kau punya masa depan yang cerah, Shang Xiang. Terus mengingat orang yang sudah meninggal tidak akan membuat hidupmu lebih baik."
"Kau tidak mengerti apa-apa, Jiejie(2)!" tukas Sun Shang Xiang sambil menatap kakak iparnya dengan penuh amarah bercampur kesedihan.
Da Qiao menghela napas dengan kecewa dan keluar dari kamar tanpa mampu lagi mengucapkan apa pun.
Sepeninggal Da Qiao, Sun Shang Xiang tidak melakukan apa pun selain berbaring di tempat tidur. Hati dan jiwanya terlalu lemah untuk melakukan hal lainnya.
Sayup-sayup putri kerajaan Wu itu mendengar suara-suara ribut dari arah halaman istana. Suara-suara itu dikenalinya sebagai suara para pegawai istana yang sedang menyiapkan pesta. Sun Shang Xiang tidak tahu pasti mengenai pesta yang akan diadakan kakaknya tersebut, namun ia sudah bisa menebak bahwa pesta itu pasti diadakan untuk merayakan kemenangan pasukan Wu dalam peperangan di Yi Ling. Sun Shang Xiang tidak akan pernah melupakan peperangan yang telah merenggut nyawa Liu Bei secara tidak langsung itu.
Suara-suara lain terdengar di luar pintu kamar Sun Shang Xiang. Kali ini adalah suara dayang-dayang yang sedang berbicara satu sama lain.
"Hei, kau tahu tidak, Kaisar sangat puas dengan kemenangan pasukan Wu di Yi Ling! Pesta yang sedang beliau siapkan pasti akan sangat meriah!" seru seorang dayang bersuara keras.
"Kurasa itu wajar. Pertarungan itu sudah mengakhiri nyawa pemimpin dari salah satu kerajaan di Cina, bukan? Kalau sudah begini, hanya tinggal soal waktu sampai Wu menguasai seluruh daratan ini!" timpal dayang lainnya.
"Masa depan yang cerah telah terbentang di hadapan kita semua," sahut dayang lain yang bersuara lembut.
"Masa depan?" pikir Sun Shang Xiang, "Aku sudah tidak memiliki masa depan di sini. Jika Liu Bei sudah tidak ada di mana pun kecuali di masa lalu, masa depanku juga berada di sana bersamanya."
Rasa amarah tiba-tiba menguasai hati Sun Shang Xiang. Putri kerajaan Wu itu mulai merasakan kebencian pada seluruh kerajaannya.
"Masa depan kalian telah merenggut masa depanku!"
=0=0=0=
Sun Quan tengah berdiskusi dengan Lu Xun dan Zhou Tai saat Da Qiao tiba-tiba muncul dengan wajah panik.
"Jiejie?" tanya Sun Quan heran, "Ada apa?"
"Shang Xiang menghilang, Yang Mulia!" seru Da Qiao panik.
"Apa!" seru Sun Quan dan Lu Xun bersamaan.
"Yang Mulia, kita harus mencari tuan putri!" seru Lu Xun.
"Benar! Zhou Tai, kerahkan seluruh pasukan untuk mencarinya!" perintah Sun Quan.
"Baik, Yang Mulia," jawab Zhou Tai pendek. Jenderal Wu yang tidak banyak bicara itu segera meninggalkan ruangan untuk menjalankan perintah Sun Quan.
"Saya juga akan ikut mencari Tuan Putri. Saya permisi," ucap Lu Xun sambil bersoja dan berlari meninggalkan ruangan itu. Sama seperti Da Qiao, ahli strategi muda itu sangat mengawatirkan kondisi Sun Shang Xiang. Ia tidak ingin hal-hal buruk terjadi pada putri kerajaan Wu itu. Selain itu, Lu Xun juga merasa sedikit bersalah karena ia menyebabkan kematian Liu Bei secara tidak langsung. Liu Bei meninggal akibat sakit setelah pasukan Shu dikalahkan oleh pasukan Wu di peperangan Yi Ling. Kemenangan pasukan Wu saat itu adalah berkat stategi yang disusun olehnya.
Di lain pihak, Sun Shang Xiang sedang berjalan tanpa tujuan di tengah-tengah kota. Gadis itu menyelinap keluar dari istana saat penjagaan sedang melemah. Suasana kota saat itu sangat ramai. Penduduk berlalu lalang dengan sibuk. Para pedagang berteriak-teriak menawarkan dagangan. Anak-anak bermain dan berlari-lari dengan gembira. Atmosfer kota yang menyenangkan sama sekali tidak mampu mengusir mendung di hati Sun Shang Xiang.
Selagi Sun Shang Xiang melangkah ke mana kedua kakinya membawanya, putri kerajaan Wu itu mengingat saat-saat ia pertama kali bertemu dengan Liu Bei. Waktu itu juga ia sedang berjalan-jalan tak tentu arah di tengah kota seperti halnya saat ini…
"Bukankah Anda putri kerajaan Wu?" tanya Liu Bei sopan sambil tersenyum, "Saya tidak menyangka Anda cukup berani berjalan-jalan di tengah kota tanpa pengawalan."
"Tidak perlu! Hal itu hanya akan mengganggu saja," sahut Sun Shang Xiang sambil tersenyum pula, "Lagipula keahlian bela diri saya setara dengan para prajurit elit Wu. Saya bisa melindungi diri saya sendiri."
"Benarkah? Sungguh mengagumkan!" mata Liu Bei berbinar-binar mendengar kata Sun Shang Xiang,"Kalau begitu, Anda pasti sudah pernah berpartisipasi dalam peperangan, bukan?"
"Bukan pernah lagi, tetapi sering!" sahut Sun Shang Xiang bangga. Gadis itu merasa sangat senang karena jarang sekali ada orang yang menganggap partisipasi wanita dalam peperangan adalah sesuatu yang bisa dibanggakan. Sebagian besar orang berpikir wanita tidak cukup kuat dan hanya akan mengganggu pertarungan.
"Ah, bagus sekali! Kerajaan Wu memang tangguh! Bila wanita saja bisa ikut berperang, kekuatan para pria pasti lebih hebat lagi!" puji Liu Bei.
"Kekuatan saya setara dengan para pria! Sebaiknya Anda jangan menganggap saya lemah!" tegas Sun Shang Xiang, "Ah iya, saya belum tahu identitas Anda. Siapakah Anda? Melihat pakaian Anda, sepertinya Anda dari Shu, ya?"
"Benar. Nama saya adalah…."
Lamunan Sun Shang Xiang berhenti saat ia melihat sesosok manusia di kejauhan; sosok yang selalu ditangisinya akhir-akhir ini.
Sosok itu tersenyum lembut pada Sun Shang Xiang.
"….Liu Bei dari Shu."
"LIU BEI!" jerit Sun Shang Xiang sekuat tenaga sambil berlari menghampiri sosok itu. Ia sudah tidak memedulikan apa pun. Tidak pada para penduduk yang menatapnya kebingungan ataupun anak-anak yang memekik kaget mendengar teriakannya. Hatinya dikuasai euforia yang meluap-luap.
Kebahagiaan Sun Shang Xiang langsung menguap begitu ia menyadari bahwa sosok yang dirindukannya itu menghilang di balik kerumunan penduduk. Sun Shang Xiang merasa hatinya yang baru saja melayang-layang kini terhempas ke bumi dan pecah berkeping-keping.
"LIU BEI! KAU ADA DI SANA, BUKAN!" teriak Sun Shang Xiang dengan wajah hampir menangis, "KUMOHON! JANGAN TINGGALKAN AKU SENDIRI!"
Sun Shang Xiang terus meneriakkan nama Liu Bei sambil menangis ketika sebuah suara memanggilnya.
"Tuan PutriSun Shang Xiang!"
Sun Shang Xiang menoleh dan menemukan sosok Lu Xun dan para prajurit Wu yang berlari-lari mendekatinya. Seketika itu juga kemarahan menguasai hati putri kerajaan Wu itu.
"Tuan Putri, saya sudah mencari Anda ke mana-mana. Kembalilah ke istana. Semuanya sangat mengawatirkan Tuan Putri," ucap Lu Xun lembut.
"Tidak! Aku tidak akan kembali! Aku sudah menemukan Liu Bei dan aku akan meninggalkan kerajaan terkutuk ini bersamanya! Kau tidak punya hak untuk membawaku kembali ke istana, Lu Xun!" tukas Sun Shang Xiang.
"Tuan Putri, kumohon! Liu Bei sudah meninggal! Dia tidak mungkin ada di sini!" seru Lu Xun.
"Tidak! Dia masih hidup! Aku melihatnya tadi! Aku tidak akan pulang!" seru Sun Shang Xiang sambil mencoba meninggalkan Lu Xun dan para prajurit. Seketika itu juga semua prajurit segera menangkap Sun Shang Xiang untuk membawanya kembali dengan paksa.
"Kaisar sudah memerintahkan kami untuk membawa Anda pulang, Tuan Putri," ucap seorang prajurit, "Sebaiknya Anda tidak melawan."
"AKU TIDAK MAU PULANG!" jerit Sun Shang Xiang, "LIU BEI! TOLONG AKU!"
Tidak ada jawaban. Tidak ada Liu Bei. Yang ada hanyalah seorang gadis yang tercampakkan oleh kenyataan.
=0=0=0=
"Kau berhasil membawanya kembali. Kerja bagus, Lu Xun," puji Sun Quan.
"Terima kasih, Yang Mulia," jawab Lu Xun sambil bersoja dengan penuh hormat. Tanpa disadari Sun Quan, suasana hati Lu Xun sebenarnya luar biasa buruk. Ahli strategi kerajaan Wu itu tengah dicekik oleh perasaan bersalah. Bayangan sosok Sun Shang Xiang yang terus meneriakkan nama Liu Bei tengah menggentayangi benaknya. Seandainya saja ia tidak menyusun strategi untuk menjatuhkan Shu dalam pertarungan Yi Ling, Liu Bei pasti tidak akan mati dan Sun Shang Xiang tidak akan hancur seperti sekarang. Apa boleh buat, sebagai ahli srategi ia tidak punya banyak pilihan.
"Baik. Sekarang persiapkanlah pesta kemenangan kita, Lu Xun. Jangan lupa, Sun Shang Xiang juga harus hadir di pesta itu. Gunakan segala cara untuk membuatnya bersedia hadir," titah Sun Quan, "Aku serahkan semuanya padamu."
Lu Xun menatap Sun Quan tajam. Rasa hormatnya pada kaisar Wu itu tiba-tiba mengering. Bagaimana bisa Sun Quan berkata bahwa ia menyerahkan soal Sun Shang Xiang pada orang lain sementara penyebab terbesar kehancuran hati putri kerajaan Wu itu adalah dirinya sendiri? Bukankah sejak awal memang Sun Quan yang menjodohkan Sun Shang Xiang dengan Liu Bei sebagai alat untuk mengikat kerajaan Wu dan Shu dalam aliansi palsu? Selain itu, bisa-bisanya ia bersikeras mengadakan pesta kemenangan sementara adiknya sendiri tengah berduka!
"Baik. Saya akan berusaha," jawab Lu Xun sambil bersoja sementara hati kecilnya mengutuk-ngutuk kaisar Wu di hadapannya.
Lu Xun kemudian menuju ke kamar Sun Shang Xiang. Sepanjang perjalanan menuju kamar putri kerajaan Wu itu, pemuda itu berusaha keras memikirkan cara membujuk Sun Shang Xiang agar gadis itu bersedia menghadiri pesta.
"Lu Xun!"
Lu Xun menoleh ke arah sumber suara dan menemukan sosok Da Qiao. Ahli strategi muda itu berhenti sesaat untuk bersoja pada kakak ipar kaisar itu.
"Kau baru saja menghadap kaisar, bukan? Apakah kaisar mengatakan sesuatu tentang Shang Xiang?" tanya Da Qiao.
"Kaisar hanya meminta aku melakukan segala cara agar tuan putri bersedia menghadiri pesta kemenangan Wu," jawab Lu Xun sambil tersenyum getir.
"Keterlaluan…." gumam Da Qiao sambil menghela napas, "Terus terang, aku sangat mengawatirkan kondisi Shang Xiang. Dia sangat terpukul pada kematian Liu Bei sampai-sampai ia mengabaikan kehidupannya sendiri."
"Saya juga sama khawatirnya seperti Anda," ucap Lu Xun sedih, "Selain itu, saya juga merasa bersalah pada tuan putri. Bagaimanapun, pasukan Wu menang atas pasukan Shu karena strategi dari saya."
"Kamu tidak perlu bersalah soal itu, Lu Xun," sahut Da Qiao, "Sebenarnya tidak ada satu pun pihak yang patut dipersalahkan. Seandainya ada, kurasa yang patut dipersalahkan adalah orang yang tidak melakukan apa pun untuk memperbaiki keadaan ini."
Lu Xun mengangguk. Ia tahu benar siapa orang yang dimaksud oleh Da Qiao.
"Ah, maaf aku sudah mengganggumu. Kulihat kau sedang menuju ke suatu tempat. Kau mau ke mana?" tanya Da Qiao.
"Saya hendak menuju ke kamar tuan putri," jawab Lu Xun.
"Kalau begitu aku ikut," sambung Da Qiao cepat, "Ayo kita segera ke sana!"
=0=0=0=
Liu Bei, Liu Bei, dan Liu Bei.
Hanya sosok itu yang tidak pernah lepas dari benak Sun Shang Xiang.
Orang lain boleh mengatakan Liu Bei sudah meninggal, namun bagi Sun Shang Xiang, sosok itu adalah napasnya, nyawanya, dan masa depannya. Bagi Sun Shang Xiang, justru semua orang di kerajaannyalah yang sudah mati. Gadis itu sudah mengucapkan selamat tinggal kepada mereka sejak lama. Sun Shang Xiang tidak menginginkan apa pun selain hidup bersama Liu Bei sekali lagi.
Gadis itu saat ini sedang berbaring di ranjangnya. Ia sedang membayangkan masa-masa bahagianya bersama Liu Bei saat kaisar Shu itu masih hidup. Kenangan-kenangan itu serasa lebih nyata daripada kenyataan.
"Shang Xiang, apakah kau merasa bahagia menjadi istriku?" tanya Liu Bei suatu hari.
"Tentu saja!" sahut Sun Shang Xiang mantap, "Aku saaaangat bahagia! Aku ingin kita bisa terus seperti ini untuk selamanya!"
Liu Bei tersenyum, "Aku juga merasa begitu, Shang Xiang. Pernikahan ini seharusnya diteruskan supaya perdamaian kedua kerajaan kita juga tidak berakhir. Bukankah begitu?"
Sun Shang Xiang mengangguk meski sebenarnya ia tidak terlalu setuju dengan Liu Bei. Baginya, daripada kedamaian antar kerajaan dan sebagainya, ikatannya dengan Liu Bei sebagai suami istri jauh lebih berharga. Meskipun cinta Liu Bei pada dirinya tidak sebesar cintanya pada kaisar Shu itu, Sun Shang Xiang sama sekali tidak keberatan selama ia bisa menghabiskan sisa hidupnya bersamanya.
"Oh iya, Shang Xiang. Ada yang ingin kubicarakan padamu," ucap Liu Bei tiba-tiba, "Nanti sore, aku akan menunggu di halaman tepat di bawah jendela kamarmu. Temui aku di sana."
Sun Shang Xiang tiba-tiba tersentak. Putri kerajaan Wu itu segera membuka jendelanya dan menengok ke bawah. Dilihatnya Liu Bei sedang berdiri sambil tersenyum ke arahnya.
Tanpa membuang waktu lagi, Sun Shang Xiang segera keluar dari kamarnya untuk menemui Liu Bei.
=0=0=0=
Lu Xun dan Da Qiao kini berada di depan kamar Sun Shang Xiang. Kamar itu masih tertutup seperti biasa.
"Tuan Putri, ini saya, Lu Xun. Bisakah kita berbicara sebentar?" seru Lu Xun sambil mengetuk-ngetuk pintu.
"Shang Xiang, aku juga ada di sini. Tolong buka pintunya. Kami mau berbicara denganmu!" pinta Da Qiao. Tidak ada balasan dari dalam.
"Tuan Putri, tolong buka pintunya!" seru Lu Xun sambil mengetuk-ngetuk lebih keras. Da Qiao tiba-tiba saja merasakan firasat buruk.
"Lu Xun, sepertinya Shang Xiang sudah tidak ada di kamarnya. Coba buka pintunya," ucap Da Qiao. Lu Xun mengerinyitkan dahi dengan heran begitu mendengar permintaan Da Qiao, namun ia tetap melakukannya.
Persis seperti firasat Da Qiao, pintu kamar Sun Shang Xiang rupanya tidak terkunci dan putri kerajaan Wu itu sudah menghilang dari dalam kamarnya.
"Dia menghilang lagi!" seru Lu Xun, "Sial! Ayo kita cari dia!"
=0=0=0=
Rupanya Liu Bei masih menunggu di tempat yang sama. Sun Shang Xiang berlari sekuat tenaga menghampiri Liu Bei dan langsung memeluk kaisar Shu itu erat-erat. Ia tidak ingin kehilangan Liu Bei lagi.
"Hei, hei, hei! Kau bersemangat sekali, Shang Xiang!" seru Liu Bei sambil tertawa. Sun Shang Xiang juga ikut tertawa. Gadis itu merasa sudah berabad-abad berlalu sejak terakhir kali ia tertawa seperti ini.
Sun Shang Xiang melepaskan pelukannya. Ia menatap mata Liu Bei dalam-dalam. Mata itu masih tetap sama seperti dulu. Sama sekali tidak berubah.
"Shang Xiang, aku ingin membicarakan sesuatu…" ucap Liu Bei.
"Kita bisa bicara kapan saja, Liu Bei. Yang penting, tolong bawa aku keluar dari sini!" pinta Sun Shang Xiang, "Aku ingin bersamamu, Liu Bei. Kumohon! Aku sudah tidak tahan lagi berada di sini!"
Liu Bei hanya menggeleng dengan sedih, "Itu tidak mungkin, Shang Xiang… Kalau sampai kakakmu tahu…."
"Jangan khawatir soal kakakku!" sahut Sun Shang Xiang sambil menggenggam erat tangan Liu Bei, "Pokoknya kita harus keluar dari sini secepatnya!"
"Tidak, Shang Xiang," Liu Bei melepaskan tangan Sun Shang Xiang, "Kita tidak boleh melakukan ini. Perang besar bisa terjadi kalau kakakmu sampai tahu aku membawamu pergi tanpa seizinnya!"
Wajah Sun Shang Xiang berubah muram, "Begitu, ya…"
"SHANG XIANG!"
Sun Shang Xiang menoleh begitu ia mendengar suara Da Qiao memanggilnya. Tampaklah Da Qiao dan Lu Xun sedang berlari-lari mendekatinya.
"Syukurlah kau masih ada di kompleks istana, Shang Xiang! Kukira kau menghilang lagi seperti tadi…" ucap Da Qiao dengan lega.
"Kalian tenang saja. Aku tidak apa-apa," sahut Sun Shang Xiang sambil tersenyum manis, "Nah, bukankah kita akan mengadakan pesta? Ayo kita bersiap-siap!"
Da Qiao merasa sangat lega melihat perubahan sikap Sun Shang Xiang, namun Lu Xun merasa sebaliknya. Pemuda itu merasa ada sesuatu yang salah. Sangat salah.
=0=0=0=
Pesta kemenangan Wu akhirnya dimulai. Para pembesar istana, para jenderal, dan pejabat-pejabat dari seluruh kerajaan Wu diundang ke pesta itu. Sun Shang Xiang juga ikut hadir. Kesedihan sudah lenyap tanpa bekas dari wajahnya. Putri kerajaan Wu itu betul-betul tampak menikmati pesta. Ia sudah dapat tertawa dan bersenda gurau dengan para jenderal. Ia benar-benar terlihat sudah kembali seperti dirinya yang dulu. Perubahan besar Sun Shang Xiang ini tentu disambut baik oleh semua orang, kecuali Lu Xun.
"Kau sudah bisa melupakan Liu Bei, ya? Bagus, bagus! Putri kerajaan Wu memang harus seperti itu!" puji Sun Quan sambil tertawa terbahak-bahak.
"Tentu saja! Bukankah aku wanita paling kuat di kerajaan ini? Melupakan orang yang sudah meninggal sama sekali bukan perkara sulit!" timpal Sun Shang Xiang sambil menuangkan arak ke cawan kakaknya. Sama sekali tidak terlihat sedikit pun jejak kesedihan di wajah cantik gadis itu.
Lu Xun memperhatikan Sun Shang Xiang dengan seksama. Sebagai ahli strategi kerajaan Wu, ia sudah terlatih untuk tidak pernah lengah dalam situasi apa pun. Firasatnya yang hampir tidak pernah meleset mengatakan bahwa ada sesuatu yang tengah disembunyikan oleh Sun Shang Xiang.
"Kau terlihat tegang sekali. Ada apa?" tanya Sun Quan, membuat Lu Xun terkejut.
"Ah, ti… tidak apa-apa, Kaisar," jawab Lu Xun gugup.
"Bukankah kita sekarang sedang berpesta, Lu Xun? Nikmati saja pestanya! Ayo minum!" seru Sun Shang Xiang sambil menuangkan arak ke cawan Lu Xun.
Lu Xun menerima arak itu dan meminumnya tanpa melepaskan tatapannya dari Sun Shang Xiang. Apa pun yang terjadi, ia tidak boleh melepaskan pengawasannya dari gadis itu.
=0=0=0=
Hari sudah larut malam.
Pesta sudah lama berakhir. Sebagian besar tamu undangan sudah pulang. Kalau pun belum, mereka pasti sudah tertidur karena mabuk, seperti halnya Sun Quan dan para jenderal Wu lainnya.
Sun Shang Xiang menatap Sun Quan yang sedang tertidur lelap. Rencananya berhasil. Tidak ada seorang pun yang sadar bahwa ia sengaja membuat kakaknya mabuk dengan terus memberinya arak.
Gadis itu perlahan mengeluarkan chakram-nya sambil mendekati sang kakak yang sedang tertidur pulas. Mata gadis itu berkilat-kilat penuh amarah dan kebencian. Ia mengangkat chakramnya, bersiap-siap menebas leher Sun Quan.
"Dengan ini… Hilang sudah semua halangan untuk bersatu dengan Liu Bei!"
Sun Shang Xiang mengayunkan chakram-nya….
"…Tuan Putri?"
…dan menghentikannya saat ia mendengar suara Lu Xun, sesaat sebelum chakram itu menyentuh leher Sun Quan.
Putri Wu itu menoleh dan melihat sosok Lu Xun yang baru saja terbangun dari tidur. Ahli strategi itu menatap Sun Shang Xiang lekat-lekat. Ia nyaris tidak mampu mempercayai penglihatannya.
"Mustahil… Tuan Putri, Anda tidak bermaksud…"
"TIDAK!" pekik Sun Shang Xiang. Putri kerajaan Wu itu membuang chakram-nya ke lantai dan segera berlari meninggalkan istana secepat mungkin tanpa menoleh lagi. Seluruh pengawal istana Wu saat itu sedang tertidur, baik karena mabuk ataupun karena lelah. Sun Shang Xiang dengan mudah keluar melewati gerbang istana. Selama ia berlari, berbagai kenangan tentang Liu Bei bermain-main di otaknya, termasuk kenangan di masa lalu saat Liu Bei mengatakan akan membicarakan sesuatu dengannya di halaman bawah jendela kamar tidurnya.
"Shang Xiang, aku ingin membicarakan sesuatu…" ucap Liu Bei.
"Hmm? Apa itu?" tanya Sun Shang Xiang ingin tahu.
Langkah putri kerajaan Wu itu mulai melambat saat ia mencapai sebuah jembatan di kota. Tetes-tetes air mata mulai merayap perlahan di pipinya.
"Aku ingin membatalkan pernikahan kita dan mengembalikanmu pada kakakmu…." jawab Liu Bei tanpa emosi.
Sun Shang Xiang tidak mampu menahan tangisnya. Ia baru menyadari bahwa ia telah terus membohongi dirinya sendiri. Ia terus memanjakan diri dengan kenangan-kenangan indah bersama Liu Bei, bahkan sampai berhalusinasi seolah kenangan itu kembali menjadi kenyataan, sambil menutup mata pada fakta bahwa kaisar Shu itu sudah membuangnya sejak dulu.
"Sejak awal…. Memang sudah tidak ada masa depan lagi bagiku…." gumam Sun Shang Xiang pilu.
Satu-satunya waktu di mana ia merasa benar-benar hidup adalah saat ia menyadari bahwa ia mencintai Liu Bei dengan seluruh akal budinya. Baginya, saat itu adalah saat di mana ia hidup sebagai dirinya sendiri dan sebagai seorang wanita; bukan lagi sebagai putri kerajaan Wu yang bisa dipakai seenaknya sebagai alat untuk mempererat aliansi dua kerajaan melalui pernikahan politik.
Namun, semuanya sudah berakhir, bukan? Pernikahan itu sudah tidak lagi berlaku dan Liu Bei sudah tidak ada lagi di dunia ini. Dengan kata lain, masa hidup Sun Shang Xiang sudah lama berlalu. Masa depannya sudah mati sejak dirinya dicampakkan oleh Liu Bei.
Sun Shang Xiang menatap sungai di bawah jembatan tempatnya berdiri sekarang. Sungai itu tampak begitu dalam dan tidak berdasar.
"Kalau aku melompat ke sungai ini, apakah aku bisa menyusul Liu Bei dan kembali menjadi diriku yang dulu? Diriku yang bukan sekedar bidak dalam permainan politik tiga kerajaan yang konyol ini?" pikir Sun Shang Xiang sambil menatap air sungai yang beriak-riak. Di matanya, riak sungai itu seolah-olah mengundangnya untuk melompat ke dalamnya dan meninggalkan semuanya.
Sun Shang Xiang kembali mendengar suara Lu Xun di kejauhan. Kali ini juga ada suara kakaknya, suara Da Qiao, dan suara jenderal-jenderal Wu lain yang menyerukan namanya. Sun Shang Xiang tertawa pahit saat ia akhirnya menyadari apa yang harus dilakukannya.
Gadis itu memanjat tepi jembatan dan melompat; membiarkan air sungai yang dingin merengkuh tubuhnya dan membawa jiwanya pergi.
"Masa depanku ada bersamamu di masa lalu, Liu Bei."
=0=0=0=
End.
Just Info, Tian = Tuhan ; Jiejie = Kakak perempuan
Maaf yah kalo jelek, hehe. Kalau udah baca komen yah, kutunggu. Arigatou Gozaimasu :)
"Liu Bei sudah mati!"
Kalimat terkutuk itu terus menggema di benak Sun Shang Xiang meskipun sudah dua hari berlalu sejak ia mendengarnya dari Sun Quan, kakaknya. Setiap kali ia mencoba mengusir kalimat laknat itu dari otaknya, semakin keras kalimat itu terngiang-ngiang.
Gadis itu menggigit bibirnya kuat-kuat untuk menahan air matanya. Dia sudah bertekad untuk tidak menangis. Lagipula, berita kematian Liu Bei seharusnya merupakan suatu kabar yang sangat baik, bukan? Kematian Liu Bei akan mempercepat kehancuran Shu. Dengan demikian, cita-cita ayah dan kakaknya untuk mempersatukan tiga kerajaan akan semakin dekat dengan kenyataan.
Namun, pemikiran-pemikiran semacam itu justru membuat emosi yang sudah dikuburnya dengan susah payah mendesak keluar. Gadis itu mulai menyalahkan kenyataan; menyalahkan diri sendiri, keluarganya, kerajaannya, bahkan seluruh Cina. Seandainya peperangan konyol antara 3 kerajaan bodoh ini tidak terjadi… Seandainya kakaknya tidak menjodohkannya dengan Liu Bei… Seandainya ia tidak jatuh cinta pada Liu Bei sejak awal….
Air mata gadis itu pun meledak tanpa bisa ditahan lagi.
=0=0=0=
Da Qiao menuju ke kamar Sun Shang Xiang dengan perasaan gundah. Ia tak henti-hentinya memikirkan adik iparnya yang tidak keluar dari kamar sejak 2 hari yang lalu itu. Da Qiao menyesalkan sikap Sun Quan yang terlihat acuh tak acuh pada kondisi adik perempuannya. Sebagai seorang wanita, Da Qiao tahu benar masalah Sun Shang Xiang jauh lebih kompleks daripada yang terlihat.
Sesampainya di sana, Da Qiao melihat kamar itu terkunci rapat seperti biasa. Sejumlah pelayan yang membawa nampan dengan makanan di atasnya sedang mengetuk pintu berkali-kali. Mereka setengah berharap sang penghuni kamar mau membuka pintu dan menerima makanan yang telah disediakan.
Begitu melihat Da Qiao, para pelayan itu segera berhenti mengetuk dan bersoja kepadanya. Da Qiao mengambil nampan yang dibawa mereka dan menyuruh mereka untuk pergi. Wanita itu kemudian mencoba hal yang sama seperti yang dilakukan para pelayan itu sebelumnya.
"Shang Xiang, ini aku, Da Qiao. Tolong buka pintunya," ucap Da Qiao sambil mengetuk pintu.
Tidak ada jawaban dari dalam kamar. Da Qiao menghela napas. Sepertinya ia tidak punya pilihan lain kecuali mencoba cara yang sebenarnya sangat tidak disukainya.
"Buka pintunya atau aku akan memanggil kakakmu untuk mendobrak pintu kamar ini!" ancam Da Qiao.
Sesaat kemudian, Da Qiao mendengar suara kunci pintu dibuka. Kelegaan wanita itu berganti dengan kekagetan saat ia melihat sosok Sun Shang Xiang di balik daun pintu yang terbuka. Putri Wu itu terlihat sangat kacau. Rambutnya berantakan, wajahnya merah padam, dan matanya bengkak akibat terlalu banyak menangis. Penampilannya juga sangat lusuh. Entah sudah berapa lama Sun Shang Xiang tidak berganti pakaian, apalagi mandi.
"Ya Tian(1)!" pekik Da Qiao sambil menghambur masuk ke kamar, "Apa yang terjadi denganmu, Shang Xiang?"
Sun Shang Xiang tidak menjawab, namun raut wajahnya sudah cukup untuk mewakili seluruh isi hatinya. Tidak perlu kata-kata untuk menjelaskan betapa hancur hati putri kerajaan Wu ini.
Da Qiao menatap mata Sun Shang Xiang dalam-dalam. Mata yang biasanya selalu penuh tekad dan bercahaya itu kini mati. Tidak ada lagi air mata yang mengalir. Mungkin saja air mata itu sudah kering karena kesedihan yang amat sangat.
"Shang Xiang, aku tahu kau sedang mengalami saat-saat yang sulit, tapi kau tidak boleh mengabaikan kesehatanmu," ucap Da Qiao lembut sambil mengangkat nampan yang dibawanya, "Aku sudah membawakan makananmu. Sebaiknya kau makan dulu dan kita dapat berbicara sesudah itu."
Sun Shang Xiang mengambil sumpit serta makanan di atas nampan dengan enggan. Gadis itu hanya makan beberapa suap. Da Qiao sempat memaksa Sun Shang Xiang untuk makan lebih banyak, namun gadis itu menolak.
"Nah, Shang Xiang, sekarang ceritakan masalahmu padaku. Tidak ada masalah yang tidak bisa diselesaikan kalau kau mau meminta bantuan orang yang kamu percayai," ucap Da Qiao, "Katakan, apa yang sedang mengganggu hatimu?"
Sun Shang Xiang hanya menjawab pendek sambil memandang jendela, "Kau sudah mengetahuinya."
Da Qiao menghela napas dengan prihatin, "Soal Liu Bei?"
Sun Shang Xiang tidak menjawab. Sorot matanya yang kosong tidak lepas dari jendela, membuat Da Qiao ikut memandang jendela juga. Langit biru, awan putih, dan matahari yang bersinar gagah sangat kontras dengan suasana hati Sun Shang Xiang. Sungguh ironis.
"Dia…. Jauh lebih berarti daripada yang kukira…." gumam Sun Shang Xiang.
Da Qiao mengalihkan tatapannya pada Sun Shang Xiang. Sorot mata gadis itu kini berubah. Ada kerinduan yang tersirat dalam matanya.
"Aku mencintainya. Aku ingin bersamanya."
"Dia sudah tiada, Shang Xiang," bisik Da Qiao sedih sambil menggelengkan kepalanya, "Kau tidak boleh begini terus. Hidupmu masih panjang. Kau punya masa depan yang cerah, Shang Xiang. Terus mengingat orang yang sudah meninggal tidak akan membuat hidupmu lebih baik."
"Kau tidak mengerti apa-apa, Jiejie(2)!" tukas Sun Shang Xiang sambil menatap kakak iparnya dengan penuh amarah bercampur kesedihan.
Da Qiao menghela napas dengan kecewa dan keluar dari kamar tanpa mampu lagi mengucapkan apa pun.
Sepeninggal Da Qiao, Sun Shang Xiang tidak melakukan apa pun selain berbaring di tempat tidur. Hati dan jiwanya terlalu lemah untuk melakukan hal lainnya.
Sayup-sayup putri kerajaan Wu itu mendengar suara-suara ribut dari arah halaman istana. Suara-suara itu dikenalinya sebagai suara para pegawai istana yang sedang menyiapkan pesta. Sun Shang Xiang tidak tahu pasti mengenai pesta yang akan diadakan kakaknya tersebut, namun ia sudah bisa menebak bahwa pesta itu pasti diadakan untuk merayakan kemenangan pasukan Wu dalam peperangan di Yi Ling. Sun Shang Xiang tidak akan pernah melupakan peperangan yang telah merenggut nyawa Liu Bei secara tidak langsung itu.
Suara-suara lain terdengar di luar pintu kamar Sun Shang Xiang. Kali ini adalah suara dayang-dayang yang sedang berbicara satu sama lain.
"Hei, kau tahu tidak, Kaisar sangat puas dengan kemenangan pasukan Wu di Yi Ling! Pesta yang sedang beliau siapkan pasti akan sangat meriah!" seru seorang dayang bersuara keras.
"Kurasa itu wajar. Pertarungan itu sudah mengakhiri nyawa pemimpin dari salah satu kerajaan di Cina, bukan? Kalau sudah begini, hanya tinggal soal waktu sampai Wu menguasai seluruh daratan ini!" timpal dayang lainnya.
"Masa depan yang cerah telah terbentang di hadapan kita semua," sahut dayang lain yang bersuara lembut.
"Masa depan?" pikir Sun Shang Xiang, "Aku sudah tidak memiliki masa depan di sini. Jika Liu Bei sudah tidak ada di mana pun kecuali di masa lalu, masa depanku juga berada di sana bersamanya."
Rasa amarah tiba-tiba menguasai hati Sun Shang Xiang. Putri kerajaan Wu itu mulai merasakan kebencian pada seluruh kerajaannya.
"Masa depan kalian telah merenggut masa depanku!"
=0=0=0=
Sun Quan tengah berdiskusi dengan Lu Xun dan Zhou Tai saat Da Qiao tiba-tiba muncul dengan wajah panik.
"Jiejie?" tanya Sun Quan heran, "Ada apa?"
"Shang Xiang menghilang, Yang Mulia!" seru Da Qiao panik.
"Apa!" seru Sun Quan dan Lu Xun bersamaan.
"Yang Mulia, kita harus mencari tuan putri!" seru Lu Xun.
"Benar! Zhou Tai, kerahkan seluruh pasukan untuk mencarinya!" perintah Sun Quan.
"Baik, Yang Mulia," jawab Zhou Tai pendek. Jenderal Wu yang tidak banyak bicara itu segera meninggalkan ruangan untuk menjalankan perintah Sun Quan.
"Saya juga akan ikut mencari Tuan Putri. Saya permisi," ucap Lu Xun sambil bersoja dan berlari meninggalkan ruangan itu. Sama seperti Da Qiao, ahli strategi muda itu sangat mengawatirkan kondisi Sun Shang Xiang. Ia tidak ingin hal-hal buruk terjadi pada putri kerajaan Wu itu. Selain itu, Lu Xun juga merasa sedikit bersalah karena ia menyebabkan kematian Liu Bei secara tidak langsung. Liu Bei meninggal akibat sakit setelah pasukan Shu dikalahkan oleh pasukan Wu di peperangan Yi Ling. Kemenangan pasukan Wu saat itu adalah berkat stategi yang disusun olehnya.
Di lain pihak, Sun Shang Xiang sedang berjalan tanpa tujuan di tengah-tengah kota. Gadis itu menyelinap keluar dari istana saat penjagaan sedang melemah. Suasana kota saat itu sangat ramai. Penduduk berlalu lalang dengan sibuk. Para pedagang berteriak-teriak menawarkan dagangan. Anak-anak bermain dan berlari-lari dengan gembira. Atmosfer kota yang menyenangkan sama sekali tidak mampu mengusir mendung di hati Sun Shang Xiang.
Selagi Sun Shang Xiang melangkah ke mana kedua kakinya membawanya, putri kerajaan Wu itu mengingat saat-saat ia pertama kali bertemu dengan Liu Bei. Waktu itu juga ia sedang berjalan-jalan tak tentu arah di tengah kota seperti halnya saat ini…
"Bukankah Anda putri kerajaan Wu?" tanya Liu Bei sopan sambil tersenyum, "Saya tidak menyangka Anda cukup berani berjalan-jalan di tengah kota tanpa pengawalan."
"Tidak perlu! Hal itu hanya akan mengganggu saja," sahut Sun Shang Xiang sambil tersenyum pula, "Lagipula keahlian bela diri saya setara dengan para prajurit elit Wu. Saya bisa melindungi diri saya sendiri."
"Benarkah? Sungguh mengagumkan!" mata Liu Bei berbinar-binar mendengar kata Sun Shang Xiang,"Kalau begitu, Anda pasti sudah pernah berpartisipasi dalam peperangan, bukan?"
"Bukan pernah lagi, tetapi sering!" sahut Sun Shang Xiang bangga. Gadis itu merasa sangat senang karena jarang sekali ada orang yang menganggap partisipasi wanita dalam peperangan adalah sesuatu yang bisa dibanggakan. Sebagian besar orang berpikir wanita tidak cukup kuat dan hanya akan mengganggu pertarungan.
"Ah, bagus sekali! Kerajaan Wu memang tangguh! Bila wanita saja bisa ikut berperang, kekuatan para pria pasti lebih hebat lagi!" puji Liu Bei.
"Kekuatan saya setara dengan para pria! Sebaiknya Anda jangan menganggap saya lemah!" tegas Sun Shang Xiang, "Ah iya, saya belum tahu identitas Anda. Siapakah Anda? Melihat pakaian Anda, sepertinya Anda dari Shu, ya?"
"Benar. Nama saya adalah…."
Lamunan Sun Shang Xiang berhenti saat ia melihat sesosok manusia di kejauhan; sosok yang selalu ditangisinya akhir-akhir ini.
Sosok itu tersenyum lembut pada Sun Shang Xiang.
"….Liu Bei dari Shu."
"LIU BEI!" jerit Sun Shang Xiang sekuat tenaga sambil berlari menghampiri sosok itu. Ia sudah tidak memedulikan apa pun. Tidak pada para penduduk yang menatapnya kebingungan ataupun anak-anak yang memekik kaget mendengar teriakannya. Hatinya dikuasai euforia yang meluap-luap.
Kebahagiaan Sun Shang Xiang langsung menguap begitu ia menyadari bahwa sosok yang dirindukannya itu menghilang di balik kerumunan penduduk. Sun Shang Xiang merasa hatinya yang baru saja melayang-layang kini terhempas ke bumi dan pecah berkeping-keping.
"LIU BEI! KAU ADA DI SANA, BUKAN!" teriak Sun Shang Xiang dengan wajah hampir menangis, "KUMOHON! JANGAN TINGGALKAN AKU SENDIRI!"
Sun Shang Xiang terus meneriakkan nama Liu Bei sambil menangis ketika sebuah suara memanggilnya.
"Tuan PutriSun Shang Xiang!"
Sun Shang Xiang menoleh dan menemukan sosok Lu Xun dan para prajurit Wu yang berlari-lari mendekatinya. Seketika itu juga kemarahan menguasai hati putri kerajaan Wu itu.
"Tuan Putri, saya sudah mencari Anda ke mana-mana. Kembalilah ke istana. Semuanya sangat mengawatirkan Tuan Putri," ucap Lu Xun lembut.
"Tidak! Aku tidak akan kembali! Aku sudah menemukan Liu Bei dan aku akan meninggalkan kerajaan terkutuk ini bersamanya! Kau tidak punya hak untuk membawaku kembali ke istana, Lu Xun!" tukas Sun Shang Xiang.
"Tuan Putri, kumohon! Liu Bei sudah meninggal! Dia tidak mungkin ada di sini!" seru Lu Xun.
"Tidak! Dia masih hidup! Aku melihatnya tadi! Aku tidak akan pulang!" seru Sun Shang Xiang sambil mencoba meninggalkan Lu Xun dan para prajurit. Seketika itu juga semua prajurit segera menangkap Sun Shang Xiang untuk membawanya kembali dengan paksa.
"Kaisar sudah memerintahkan kami untuk membawa Anda pulang, Tuan Putri," ucap seorang prajurit, "Sebaiknya Anda tidak melawan."
"AKU TIDAK MAU PULANG!" jerit Sun Shang Xiang, "LIU BEI! TOLONG AKU!"
Tidak ada jawaban. Tidak ada Liu Bei. Yang ada hanyalah seorang gadis yang tercampakkan oleh kenyataan.
=0=0=0=
"Kau berhasil membawanya kembali. Kerja bagus, Lu Xun," puji Sun Quan.
"Terima kasih, Yang Mulia," jawab Lu Xun sambil bersoja dengan penuh hormat. Tanpa disadari Sun Quan, suasana hati Lu Xun sebenarnya luar biasa buruk. Ahli strategi kerajaan Wu itu tengah dicekik oleh perasaan bersalah. Bayangan sosok Sun Shang Xiang yang terus meneriakkan nama Liu Bei tengah menggentayangi benaknya. Seandainya saja ia tidak menyusun strategi untuk menjatuhkan Shu dalam pertarungan Yi Ling, Liu Bei pasti tidak akan mati dan Sun Shang Xiang tidak akan hancur seperti sekarang. Apa boleh buat, sebagai ahli srategi ia tidak punya banyak pilihan.
"Baik. Sekarang persiapkanlah pesta kemenangan kita, Lu Xun. Jangan lupa, Sun Shang Xiang juga harus hadir di pesta itu. Gunakan segala cara untuk membuatnya bersedia hadir," titah Sun Quan, "Aku serahkan semuanya padamu."
Lu Xun menatap Sun Quan tajam. Rasa hormatnya pada kaisar Wu itu tiba-tiba mengering. Bagaimana bisa Sun Quan berkata bahwa ia menyerahkan soal Sun Shang Xiang pada orang lain sementara penyebab terbesar kehancuran hati putri kerajaan Wu itu adalah dirinya sendiri? Bukankah sejak awal memang Sun Quan yang menjodohkan Sun Shang Xiang dengan Liu Bei sebagai alat untuk mengikat kerajaan Wu dan Shu dalam aliansi palsu? Selain itu, bisa-bisanya ia bersikeras mengadakan pesta kemenangan sementara adiknya sendiri tengah berduka!
"Baik. Saya akan berusaha," jawab Lu Xun sambil bersoja sementara hati kecilnya mengutuk-ngutuk kaisar Wu di hadapannya.
Lu Xun kemudian menuju ke kamar Sun Shang Xiang. Sepanjang perjalanan menuju kamar putri kerajaan Wu itu, pemuda itu berusaha keras memikirkan cara membujuk Sun Shang Xiang agar gadis itu bersedia menghadiri pesta.
"Lu Xun!"
Lu Xun menoleh ke arah sumber suara dan menemukan sosok Da Qiao. Ahli strategi muda itu berhenti sesaat untuk bersoja pada kakak ipar kaisar itu.
"Kau baru saja menghadap kaisar, bukan? Apakah kaisar mengatakan sesuatu tentang Shang Xiang?" tanya Da Qiao.
"Kaisar hanya meminta aku melakukan segala cara agar tuan putri bersedia menghadiri pesta kemenangan Wu," jawab Lu Xun sambil tersenyum getir.
"Keterlaluan…." gumam Da Qiao sambil menghela napas, "Terus terang, aku sangat mengawatirkan kondisi Shang Xiang. Dia sangat terpukul pada kematian Liu Bei sampai-sampai ia mengabaikan kehidupannya sendiri."
"Saya juga sama khawatirnya seperti Anda," ucap Lu Xun sedih, "Selain itu, saya juga merasa bersalah pada tuan putri. Bagaimanapun, pasukan Wu menang atas pasukan Shu karena strategi dari saya."
"Kamu tidak perlu bersalah soal itu, Lu Xun," sahut Da Qiao, "Sebenarnya tidak ada satu pun pihak yang patut dipersalahkan. Seandainya ada, kurasa yang patut dipersalahkan adalah orang yang tidak melakukan apa pun untuk memperbaiki keadaan ini."
Lu Xun mengangguk. Ia tahu benar siapa orang yang dimaksud oleh Da Qiao.
"Ah, maaf aku sudah mengganggumu. Kulihat kau sedang menuju ke suatu tempat. Kau mau ke mana?" tanya Da Qiao.
"Saya hendak menuju ke kamar tuan putri," jawab Lu Xun.
"Kalau begitu aku ikut," sambung Da Qiao cepat, "Ayo kita segera ke sana!"
=0=0=0=
Liu Bei, Liu Bei, dan Liu Bei.
Hanya sosok itu yang tidak pernah lepas dari benak Sun Shang Xiang.
Orang lain boleh mengatakan Liu Bei sudah meninggal, namun bagi Sun Shang Xiang, sosok itu adalah napasnya, nyawanya, dan masa depannya. Bagi Sun Shang Xiang, justru semua orang di kerajaannyalah yang sudah mati. Gadis itu sudah mengucapkan selamat tinggal kepada mereka sejak lama. Sun Shang Xiang tidak menginginkan apa pun selain hidup bersama Liu Bei sekali lagi.
Gadis itu saat ini sedang berbaring di ranjangnya. Ia sedang membayangkan masa-masa bahagianya bersama Liu Bei saat kaisar Shu itu masih hidup. Kenangan-kenangan itu serasa lebih nyata daripada kenyataan.
"Shang Xiang, apakah kau merasa bahagia menjadi istriku?" tanya Liu Bei suatu hari.
"Tentu saja!" sahut Sun Shang Xiang mantap, "Aku saaaangat bahagia! Aku ingin kita bisa terus seperti ini untuk selamanya!"
Liu Bei tersenyum, "Aku juga merasa begitu, Shang Xiang. Pernikahan ini seharusnya diteruskan supaya perdamaian kedua kerajaan kita juga tidak berakhir. Bukankah begitu?"
Sun Shang Xiang mengangguk meski sebenarnya ia tidak terlalu setuju dengan Liu Bei. Baginya, daripada kedamaian antar kerajaan dan sebagainya, ikatannya dengan Liu Bei sebagai suami istri jauh lebih berharga. Meskipun cinta Liu Bei pada dirinya tidak sebesar cintanya pada kaisar Shu itu, Sun Shang Xiang sama sekali tidak keberatan selama ia bisa menghabiskan sisa hidupnya bersamanya.
"Oh iya, Shang Xiang. Ada yang ingin kubicarakan padamu," ucap Liu Bei tiba-tiba, "Nanti sore, aku akan menunggu di halaman tepat di bawah jendela kamarmu. Temui aku di sana."
Sun Shang Xiang tiba-tiba tersentak. Putri kerajaan Wu itu segera membuka jendelanya dan menengok ke bawah. Dilihatnya Liu Bei sedang berdiri sambil tersenyum ke arahnya.
Tanpa membuang waktu lagi, Sun Shang Xiang segera keluar dari kamarnya untuk menemui Liu Bei.
=0=0=0=
Lu Xun dan Da Qiao kini berada di depan kamar Sun Shang Xiang. Kamar itu masih tertutup seperti biasa.
"Tuan Putri, ini saya, Lu Xun. Bisakah kita berbicara sebentar?" seru Lu Xun sambil mengetuk-ngetuk pintu.
"Shang Xiang, aku juga ada di sini. Tolong buka pintunya. Kami mau berbicara denganmu!" pinta Da Qiao. Tidak ada balasan dari dalam.
"Tuan Putri, tolong buka pintunya!" seru Lu Xun sambil mengetuk-ngetuk lebih keras. Da Qiao tiba-tiba saja merasakan firasat buruk.
"Lu Xun, sepertinya Shang Xiang sudah tidak ada di kamarnya. Coba buka pintunya," ucap Da Qiao. Lu Xun mengerinyitkan dahi dengan heran begitu mendengar permintaan Da Qiao, namun ia tetap melakukannya.
Persis seperti firasat Da Qiao, pintu kamar Sun Shang Xiang rupanya tidak terkunci dan putri kerajaan Wu itu sudah menghilang dari dalam kamarnya.
"Dia menghilang lagi!" seru Lu Xun, "Sial! Ayo kita cari dia!"
=0=0=0=
Rupanya Liu Bei masih menunggu di tempat yang sama. Sun Shang Xiang berlari sekuat tenaga menghampiri Liu Bei dan langsung memeluk kaisar Shu itu erat-erat. Ia tidak ingin kehilangan Liu Bei lagi.
"Hei, hei, hei! Kau bersemangat sekali, Shang Xiang!" seru Liu Bei sambil tertawa. Sun Shang Xiang juga ikut tertawa. Gadis itu merasa sudah berabad-abad berlalu sejak terakhir kali ia tertawa seperti ini.
Sun Shang Xiang melepaskan pelukannya. Ia menatap mata Liu Bei dalam-dalam. Mata itu masih tetap sama seperti dulu. Sama sekali tidak berubah.
"Shang Xiang, aku ingin membicarakan sesuatu…" ucap Liu Bei.
"Kita bisa bicara kapan saja, Liu Bei. Yang penting, tolong bawa aku keluar dari sini!" pinta Sun Shang Xiang, "Aku ingin bersamamu, Liu Bei. Kumohon! Aku sudah tidak tahan lagi berada di sini!"
Liu Bei hanya menggeleng dengan sedih, "Itu tidak mungkin, Shang Xiang… Kalau sampai kakakmu tahu…."
"Jangan khawatir soal kakakku!" sahut Sun Shang Xiang sambil menggenggam erat tangan Liu Bei, "Pokoknya kita harus keluar dari sini secepatnya!"
"Tidak, Shang Xiang," Liu Bei melepaskan tangan Sun Shang Xiang, "Kita tidak boleh melakukan ini. Perang besar bisa terjadi kalau kakakmu sampai tahu aku membawamu pergi tanpa seizinnya!"
Wajah Sun Shang Xiang berubah muram, "Begitu, ya…"
"SHANG XIANG!"
Sun Shang Xiang menoleh begitu ia mendengar suara Da Qiao memanggilnya. Tampaklah Da Qiao dan Lu Xun sedang berlari-lari mendekatinya.
"Syukurlah kau masih ada di kompleks istana, Shang Xiang! Kukira kau menghilang lagi seperti tadi…" ucap Da Qiao dengan lega.
"Kalian tenang saja. Aku tidak apa-apa," sahut Sun Shang Xiang sambil tersenyum manis, "Nah, bukankah kita akan mengadakan pesta? Ayo kita bersiap-siap!"
Da Qiao merasa sangat lega melihat perubahan sikap Sun Shang Xiang, namun Lu Xun merasa sebaliknya. Pemuda itu merasa ada sesuatu yang salah. Sangat salah.
=0=0=0=
Pesta kemenangan Wu akhirnya dimulai. Para pembesar istana, para jenderal, dan pejabat-pejabat dari seluruh kerajaan Wu diundang ke pesta itu. Sun Shang Xiang juga ikut hadir. Kesedihan sudah lenyap tanpa bekas dari wajahnya. Putri kerajaan Wu itu betul-betul tampak menikmati pesta. Ia sudah dapat tertawa dan bersenda gurau dengan para jenderal. Ia benar-benar terlihat sudah kembali seperti dirinya yang dulu. Perubahan besar Sun Shang Xiang ini tentu disambut baik oleh semua orang, kecuali Lu Xun.
"Kau sudah bisa melupakan Liu Bei, ya? Bagus, bagus! Putri kerajaan Wu memang harus seperti itu!" puji Sun Quan sambil tertawa terbahak-bahak.
"Tentu saja! Bukankah aku wanita paling kuat di kerajaan ini? Melupakan orang yang sudah meninggal sama sekali bukan perkara sulit!" timpal Sun Shang Xiang sambil menuangkan arak ke cawan kakaknya. Sama sekali tidak terlihat sedikit pun jejak kesedihan di wajah cantik gadis itu.
Lu Xun memperhatikan Sun Shang Xiang dengan seksama. Sebagai ahli strategi kerajaan Wu, ia sudah terlatih untuk tidak pernah lengah dalam situasi apa pun. Firasatnya yang hampir tidak pernah meleset mengatakan bahwa ada sesuatu yang tengah disembunyikan oleh Sun Shang Xiang.
"Kau terlihat tegang sekali. Ada apa?" tanya Sun Quan, membuat Lu Xun terkejut.
"Ah, ti… tidak apa-apa, Kaisar," jawab Lu Xun gugup.
"Bukankah kita sekarang sedang berpesta, Lu Xun? Nikmati saja pestanya! Ayo minum!" seru Sun Shang Xiang sambil menuangkan arak ke cawan Lu Xun.
Lu Xun menerima arak itu dan meminumnya tanpa melepaskan tatapannya dari Sun Shang Xiang. Apa pun yang terjadi, ia tidak boleh melepaskan pengawasannya dari gadis itu.
=0=0=0=
Hari sudah larut malam.
Pesta sudah lama berakhir. Sebagian besar tamu undangan sudah pulang. Kalau pun belum, mereka pasti sudah tertidur karena mabuk, seperti halnya Sun Quan dan para jenderal Wu lainnya.
Sun Shang Xiang menatap Sun Quan yang sedang tertidur lelap. Rencananya berhasil. Tidak ada seorang pun yang sadar bahwa ia sengaja membuat kakaknya mabuk dengan terus memberinya arak.
Gadis itu perlahan mengeluarkan chakram-nya sambil mendekati sang kakak yang sedang tertidur pulas. Mata gadis itu berkilat-kilat penuh amarah dan kebencian. Ia mengangkat chakramnya, bersiap-siap menebas leher Sun Quan.
"Dengan ini… Hilang sudah semua halangan untuk bersatu dengan Liu Bei!"
Sun Shang Xiang mengayunkan chakram-nya….
"…Tuan Putri?"
…dan menghentikannya saat ia mendengar suara Lu Xun, sesaat sebelum chakram itu menyentuh leher Sun Quan.
Putri Wu itu menoleh dan melihat sosok Lu Xun yang baru saja terbangun dari tidur. Ahli strategi itu menatap Sun Shang Xiang lekat-lekat. Ia nyaris tidak mampu mempercayai penglihatannya.
"Mustahil… Tuan Putri, Anda tidak bermaksud…"
"TIDAK!" pekik Sun Shang Xiang. Putri kerajaan Wu itu membuang chakram-nya ke lantai dan segera berlari meninggalkan istana secepat mungkin tanpa menoleh lagi. Seluruh pengawal istana Wu saat itu sedang tertidur, baik karena mabuk ataupun karena lelah. Sun Shang Xiang dengan mudah keluar melewati gerbang istana. Selama ia berlari, berbagai kenangan tentang Liu Bei bermain-main di otaknya, termasuk kenangan di masa lalu saat Liu Bei mengatakan akan membicarakan sesuatu dengannya di halaman bawah jendela kamar tidurnya.
"Shang Xiang, aku ingin membicarakan sesuatu…" ucap Liu Bei.
"Hmm? Apa itu?" tanya Sun Shang Xiang ingin tahu.
Langkah putri kerajaan Wu itu mulai melambat saat ia mencapai sebuah jembatan di kota. Tetes-tetes air mata mulai merayap perlahan di pipinya.
"Aku ingin membatalkan pernikahan kita dan mengembalikanmu pada kakakmu…." jawab Liu Bei tanpa emosi.
Sun Shang Xiang tidak mampu menahan tangisnya. Ia baru menyadari bahwa ia telah terus membohongi dirinya sendiri. Ia terus memanjakan diri dengan kenangan-kenangan indah bersama Liu Bei, bahkan sampai berhalusinasi seolah kenangan itu kembali menjadi kenyataan, sambil menutup mata pada fakta bahwa kaisar Shu itu sudah membuangnya sejak dulu.
"Sejak awal…. Memang sudah tidak ada masa depan lagi bagiku…." gumam Sun Shang Xiang pilu.
Satu-satunya waktu di mana ia merasa benar-benar hidup adalah saat ia menyadari bahwa ia mencintai Liu Bei dengan seluruh akal budinya. Baginya, saat itu adalah saat di mana ia hidup sebagai dirinya sendiri dan sebagai seorang wanita; bukan lagi sebagai putri kerajaan Wu yang bisa dipakai seenaknya sebagai alat untuk mempererat aliansi dua kerajaan melalui pernikahan politik.
Namun, semuanya sudah berakhir, bukan? Pernikahan itu sudah tidak lagi berlaku dan Liu Bei sudah tidak ada lagi di dunia ini. Dengan kata lain, masa hidup Sun Shang Xiang sudah lama berlalu. Masa depannya sudah mati sejak dirinya dicampakkan oleh Liu Bei.
Sun Shang Xiang menatap sungai di bawah jembatan tempatnya berdiri sekarang. Sungai itu tampak begitu dalam dan tidak berdasar.
"Kalau aku melompat ke sungai ini, apakah aku bisa menyusul Liu Bei dan kembali menjadi diriku yang dulu? Diriku yang bukan sekedar bidak dalam permainan politik tiga kerajaan yang konyol ini?" pikir Sun Shang Xiang sambil menatap air sungai yang beriak-riak. Di matanya, riak sungai itu seolah-olah mengundangnya untuk melompat ke dalamnya dan meninggalkan semuanya.
Sun Shang Xiang kembali mendengar suara Lu Xun di kejauhan. Kali ini juga ada suara kakaknya, suara Da Qiao, dan suara jenderal-jenderal Wu lain yang menyerukan namanya. Sun Shang Xiang tertawa pahit saat ia akhirnya menyadari apa yang harus dilakukannya.
Gadis itu memanjat tepi jembatan dan melompat; membiarkan air sungai yang dingin merengkuh tubuhnya dan membawa jiwanya pergi.
"Masa depanku ada bersamamu di masa lalu, Liu Bei."
=0=0=0=
End.
Just Info, Tian = Tuhan ; Jiejie = Kakak perempuan
Maaf yah kalo jelek, hehe. Kalau udah baca komen yah, kutunggu. Arigatou Gozaimasu :)
Review Google Glass
Hai Readers :) Saya balik lagi nih, setelah cukup lama vakum tugas (hehehe). Update hari ini, saya mau Review teknologi baru, kacamata pintar Google Glass!
Kenapa disebut kacamata pintar? Karena kacamata ini diselipkan teknologi berbasis smartphone untuk memudahkan aktivitas penggunanya sehari-hari. Kira-kira apa aja sih kecanggihan Google Glass? Oke Cekidot.
Kacamata yang dirilis beberapa waktu yang lalu ini mempunyai fitur yang cukup unik. Yang pertama adalah Tampilan Menu. Tampilan Menunya berbentuk bulat dan berbagai macam aplikasi seperti yang bisa kita jumpai di smartphone. Di tampilan menu ini juga hadir Reminder untuk agenda yang telah anda buat.
Lalu, Google Glass juga dapat memberikan informasi cuaca di sekitar anda terkini. Google Glass juga ditanam perintah suara, layaknya SIRI pada iPhone. Wah, nambah lagi nih pesaingnya Apple, hehehe
Kalau anda tersesat saat anda menggunakan Google Glass, tak perlu khawatir. Google Glass didukung GPS dan navigasi yang cukup mumpuni. Selain itu, anda juga dapat notifikasi untuk setiap perjalanan anda dan dengan fitur turn by turn directions, anda akan dibimbing menuju arah jalan yang anda inginkan, dan juga peta interior (indoor) dan sharing lokasi anda terkini. Dengan peta interior, anda dapat menemukan letak keberadaan benda dalam satu ruangan secara cepat, walaupun hanya dalam beberapa gedung saja. Praktis bukan?
Mungkin fitur ini yang cukup keren. Google bahkan dapat memotret foto dan merekam video! Dengan dukungan kamera optik 5 Megapixel, kualitas jepretan dari Google Glass cukup baik. Merekam videopun cukup baik, dengan resolusi HD 720p. Untuk menampilkan gambar, Google Glass mempunyai resolusi 640 x 350 piksel (nHD).
Spesifikasi
Setelah tadi kita ulas fitur-fitur dari Google Glass, kita beranjak kepada Spesifikasi dari Google Glass. Google Glass hadir dalam layar resolusi 640 x 350 pixel atau nHD. Hal itu setara dengan layar HD 25 inchi yang dilihat dari ketinggian 8 kaki, atau 2,4 meter. Kacamata pintar ini juga dibekali kamera 5 megapixel dan 720p HD untuk merekam video.
Untuk mendengar audio, kacamata ini tak perlu lagi headset. Dalam kacamata pintar ini, sudah diselipkan teknologi Bone Conduction Transduce. Dengan teknologi ini, suara dipancarkan lewat tulang pipi ke telinga dalam. Alat ini terletak pada tangkai kacamata yang terhubung ke telinga. Desain dari Google Glass juga disesuaikan dengan bantalan yang dapat anda ubah. Google mengklaim kacamata ini cocok untuk semua jenis wajah.
Untuk storage, Google menyediakan 16 GB, dengan 12 GB yang dapat digunakan untuk pengguna dan terhubung ke cloud Google Drive. Untuk Kapasitas baterai, cukup untuk seharian pemakaian, kecuali pemakaian untuk Foto dan Video. Untuk Konektivitas, Google Glass memakai Wi-Fi 802.11 b/g dan kompatibel dengan semua ponsel yang memiliki bluetooth. Google Glass juga dapat menggunakan GPS dan SMS dengan bantuan aplikasi MyGlass yang berorientasi pada OS 4.0.3 ICS. Berikut Spesifikasi Resmi Google Glass:
Melihat kecanggihan yang ditawarkan oleh Google Glass, akan menimbulkan pro dan kontra di kalangan masyarakat dunia. Namun, jika digunakan dengan hal positif, Google Glass dapat bermanfaat untuk kita. Sebelum mengakhiri artikel ini, saya mau share video mengenai Google Glass ini.
Oke, sekian dulu dari saya, untuk harganya, sekitar USD 1.500 dollar. Terimakasih
Kenapa disebut kacamata pintar? Karena kacamata ini diselipkan teknologi berbasis smartphone untuk memudahkan aktivitas penggunanya sehari-hari. Kira-kira apa aja sih kecanggihan Google Glass? Oke Cekidot.
Kacamata yang dirilis beberapa waktu yang lalu ini mempunyai fitur yang cukup unik. Yang pertama adalah Tampilan Menu. Tampilan Menunya berbentuk bulat dan berbagai macam aplikasi seperti yang bisa kita jumpai di smartphone. Di tampilan menu ini juga hadir Reminder untuk agenda yang telah anda buat.
Tampilan Menu di Google Glass |
Lalu, Google Glass juga dapat memberikan informasi cuaca di sekitar anda terkini. Google Glass juga ditanam perintah suara, layaknya SIRI pada iPhone. Wah, nambah lagi nih pesaingnya Apple, hehehe
kondisi Cuaca Update |
Kalau anda tersesat saat anda menggunakan Google Glass, tak perlu khawatir. Google Glass didukung GPS dan navigasi yang cukup mumpuni. Selain itu, anda juga dapat notifikasi untuk setiap perjalanan anda dan dengan fitur turn by turn directions, anda akan dibimbing menuju arah jalan yang anda inginkan, dan juga peta interior (indoor) dan sharing lokasi anda terkini. Dengan peta interior, anda dapat menemukan letak keberadaan benda dalam satu ruangan secara cepat, walaupun hanya dalam beberapa gedung saja. Praktis bukan?
Temukan letak suatu tempat dalam ruangan dengan mudah |
Salah satu hasil Jepretan Google Glass |
Spesifikasi
Setelah tadi kita ulas fitur-fitur dari Google Glass, kita beranjak kepada Spesifikasi dari Google Glass. Google Glass hadir dalam layar resolusi 640 x 350 pixel atau nHD. Hal itu setara dengan layar HD 25 inchi yang dilihat dari ketinggian 8 kaki, atau 2,4 meter. Kacamata pintar ini juga dibekali kamera 5 megapixel dan 720p HD untuk merekam video.
Untuk mendengar audio, kacamata ini tak perlu lagi headset. Dalam kacamata pintar ini, sudah diselipkan teknologi Bone Conduction Transduce. Dengan teknologi ini, suara dipancarkan lewat tulang pipi ke telinga dalam. Alat ini terletak pada tangkai kacamata yang terhubung ke telinga. Desain dari Google Glass juga disesuaikan dengan bantalan yang dapat anda ubah. Google mengklaim kacamata ini cocok untuk semua jenis wajah.
Untuk storage, Google menyediakan 16 GB, dengan 12 GB yang dapat digunakan untuk pengguna dan terhubung ke cloud Google Drive. Untuk Kapasitas baterai, cukup untuk seharian pemakaian, kecuali pemakaian untuk Foto dan Video. Untuk Konektivitas, Google Glass memakai Wi-Fi 802.11 b/g dan kompatibel dengan semua ponsel yang memiliki bluetooth. Google Glass juga dapat menggunakan GPS dan SMS dengan bantuan aplikasi MyGlass yang berorientasi pada OS 4.0.3 ICS. Berikut Spesifikasi Resmi Google Glass:
Layar | 640x360 pixel HD | |
Kamera | 5 MP, video 720p | |
Audio | Bone Conduction Transducer | |
Konektivitas | Wi-fi 802.11 b/g, Bluetooth | |
Penyimpanan | 16 GB, memori yang bisa digunakan 12 GB | |
Baterai | 1 hari penuh | |
Pengisi daya | MicroUSB, charger | |
Kompatibilitas | GPS, SMS dengan MyGlass |
Melihat kecanggihan yang ditawarkan oleh Google Glass, akan menimbulkan pro dan kontra di kalangan masyarakat dunia. Namun, jika digunakan dengan hal positif, Google Glass dapat bermanfaat untuk kita. Sebelum mengakhiri artikel ini, saya mau share video mengenai Google Glass ini.
Oke, sekian dulu dari saya, untuk harganya, sekitar USD 1.500 dollar. Terimakasih
Pentingnya Gadget di era teknologi saat ini
Mendengar kata Gadget, dibenak anda pasti akan terpintas, smartphone sekelas Android, Blackberry, iPhone, dan Windows Phone. Mobilitas yang dimiliki oleh Gadget memang tidak perlu diragukan lagi. Dengan berbagai macam jenis, dan harga yang disesuaikan dengan kocek, gadget mampu memberikan kepuasan bagi penggunanya. Gadget dari masa ke masa mengalami perubahan yang cukup signifikan, contohnya adalah revolusi dari walkman ke MP3 Player, lalu MP3 Player berubah menjadi iPod.
Namun, gadget tak ubahnya dua sisi uang logam. Di satu sisi, gadget mampu memberikan manfaat bagi penggunanya, namun di sisi lain mampu memberikan efek negatif, bahkan dapat menjurus ke jalur kriminalitas.
Banyak hal yang dapat kita ambil keuntungannya dari gadget. Dari segi bisnis, Gadget bisa mendukung anda dengan mobilitasnya yang tinggi. Penggunanya dapat melakukan transaksi, transfer uang, jual-beli online, bahkan untuk membayar tagihan rekening listrik. Semua dapat dilakukan di Gadget masa kini.
Lalu, dari segi Informasi, Gadget dapat menjelajah dunia maya yang tak terbatas, yang mampu memberikan informasi yang sangat luas kepada penggunanya. Andapun tak perlu takut tersesat di jalan, karena dengan teknologi GPS yang telah ditanam pada kebanyakan gadget, anda dapat menentukan lokasi anda berada di peta, dan memperkirakan jalan pulangnya.
Dalam segi pembelajaranpun, gadget mampu dimanfaatkan oleh semua kalangan. Dengan kemampuan gadget dalam membaca e-book untuk kegiatan pembelajaran, referensi, mencari resep makanan, membaca koran, dan lain-lain. E-book dapat didownload dengan mudah di mesin pencari, ataupun di store OS. Bahkan anda dapat membuat e-book dari gadget anda, dengan dukungan aplikasi office yang dapat anda dapatkan.
Gadget tidak hanya berlaku dalam urusan duniawi saja, bahkan urusan akhirat, gadget bisa membantu anda. Ketika anda terlelap, dan membutuhkan alarm untuk shalat subuh, Gadget dengan aplikasi pengingat shalat, bisa membangunkan anda dengan suara adzan, yang juga sesuai dengan waktu subuh di daerah anda. Saat anda berada di suatu tempat, dan anda ingin membaca al-qur'an, dengan gadget, al-qur'an bisa di download dan anda dapat membacanya langsung dari gadget anda, yang juga disertai dengan terjemahan dari setiap ayatnya. Anda juga dapat mendapatkan doa-doa islami setiap harinya, langsung dari gadget anda, dengan aplikasi.
Gadget bukan hanya sebuah tren, namun manfaat gadget bisa anda rasakan. Dengan kecanggihannya, hari-hari anda akan terasa terbantu dengan adanya gadget. Paradigma bahwa gadget adalah bagian dari tren, sepertinya harus dipikirkan ulang. Dengan menggunakannya secara bijak, gadget bisa lebih dari sekedar gadget. Sudahkah anda memilikinya?
Namun, gadget tak ubahnya dua sisi uang logam. Di satu sisi, gadget mampu memberikan manfaat bagi penggunanya, namun di sisi lain mampu memberikan efek negatif, bahkan dapat menjurus ke jalur kriminalitas.
Banyak hal yang dapat kita ambil keuntungannya dari gadget. Dari segi bisnis, Gadget bisa mendukung anda dengan mobilitasnya yang tinggi. Penggunanya dapat melakukan transaksi, transfer uang, jual-beli online, bahkan untuk membayar tagihan rekening listrik. Semua dapat dilakukan di Gadget masa kini.
Salah satu kegiatan jual-beli di Gadget. |
Lalu, dari segi Informasi, Gadget dapat menjelajah dunia maya yang tak terbatas, yang mampu memberikan informasi yang sangat luas kepada penggunanya. Andapun tak perlu takut tersesat di jalan, karena dengan teknologi GPS yang telah ditanam pada kebanyakan gadget, anda dapat menentukan lokasi anda berada di peta, dan memperkirakan jalan pulangnya.
Dalam segi pembelajaranpun, gadget mampu dimanfaatkan oleh semua kalangan. Dengan kemampuan gadget dalam membaca e-book untuk kegiatan pembelajaran, referensi, mencari resep makanan, membaca koran, dan lain-lain. E-book dapat didownload dengan mudah di mesin pencari, ataupun di store OS. Bahkan anda dapat membuat e-book dari gadget anda, dengan dukungan aplikasi office yang dapat anda dapatkan.
Aplikasi islami di Gadget Android. |
Gadget bukan hanya sebuah tren, namun manfaat gadget bisa anda rasakan. Dengan kecanggihannya, hari-hari anda akan terasa terbantu dengan adanya gadget. Paradigma bahwa gadget adalah bagian dari tren, sepertinya harus dipikirkan ulang. Dengan menggunakannya secara bijak, gadget bisa lebih dari sekedar gadget. Sudahkah anda memilikinya?
Defrag Harddisk
Hai guys, lama yah gak menyapa, ehehe. Maaf yah, kemarin laptop habis diservice. Ternyata masalahnya ada di Harddisk dan Chipset.
Nah, kali ini sesuai judul postingan, saya akan memberikan tips ''Defrag Harddisk''. Sebenarnya apa sih Defrag Harddisk itu, dan gunanya untuk laptop/PC? Simak berikut.
Kemarin, saat mengambil laptop di tempat service, tukang service nya bilang agar saya sering-sering mendefrag harddisk. Yah, karena saya jarang sekali mendefrag harddisk, walaupun caranya mudah.
Defrag Harddisk adalah proses untuk menata ulang file-file yang terpecah-pecah, dan menyatukannya. Tujuan dari Defrag Harddisk itu memindahkan data-data yang terpencar dan terpecah-pecah, agar dikumpulkan dalam satu kelompokan. Hal ini juga dapat membuat harddisk anda lebih tahan lama. Lalu, seberapa seringkah kita harus mendefrag harddisk? Sebaiknya anda mendefrag harddisk dalam jangka waktu tertentu, sesuai pemakaian laptop.
1- 1 Bulan sekali.
Ini dapat anda lakukan jika pemakaian PC/Laptop anda :
Ini dapat anda lakukan jika pemakaian PC/Laptop anda:
Ini dapat anda lakukan jika pemakaian PC/Laptop anda:
Oke, itu saja yang bisa kutulis malam ini, semoga bermanfaat, dan kalau ada yang mau ditanyakan, silahkan isi kolom komentar :D
Nah, kali ini sesuai judul postingan, saya akan memberikan tips ''Defrag Harddisk''. Sebenarnya apa sih Defrag Harddisk itu, dan gunanya untuk laptop/PC? Simak berikut.
Kemarin, saat mengambil laptop di tempat service, tukang service nya bilang agar saya sering-sering mendefrag harddisk. Yah, karena saya jarang sekali mendefrag harddisk, walaupun caranya mudah.
Defrag Harddisk adalah proses untuk menata ulang file-file yang terpecah-pecah, dan menyatukannya. Tujuan dari Defrag Harddisk itu memindahkan data-data yang terpencar dan terpecah-pecah, agar dikumpulkan dalam satu kelompokan. Hal ini juga dapat membuat harddisk anda lebih tahan lama. Lalu, seberapa seringkah kita harus mendefrag harddisk? Sebaiknya anda mendefrag harddisk dalam jangka waktu tertentu, sesuai pemakaian laptop.
1- 1 Bulan sekali.
Ini dapat anda lakukan jika pemakaian PC/Laptop anda :
- Menggunakan internet berjam-jam tiap hari
- Sering melakukan instalasi atau uninstall program-program di komputer Anda
- Sering menambah dan menghapus file dalam skala besar
- Sering bekerja dengan program-program editing grafis
Ini dapat anda lakukan jika pemakaian PC/Laptop anda:
- Menggunakan internet beberapa jam tiap hari
- Kadang-kadang melakukan instalasi atau uninstall program-program di komputer Anda
- Terkadang menambah atau menghapus file, namun masih dalam kapasitas yang tidak terlalu besar
- Terkadang bekerja dengan program-program editing grafis (Photoshop, After Effects, Premiere, dll)
Ini dapat anda lakukan jika pemakaian PC/Laptop anda:
- Menggunakan internet hanya sebentar saja tiap harinya
- Jarang melakukan instalasi atau uninstall program-program di komputer Anda
- Koleksi file Anda kecil, hanya beberapa giga, dan jarang Anda tambahi atau kurangi
Proses
defrag merupakan kegiatan komputer yang langsung berhubungan dengan
aktifitas harddisk. Ketika proses defrag berjalan, maka aktifitas
harddisk pastinya akan sangat besar, baik itu pembacaan maupun
penulisan. Proses pembacaan akan terjadi ketika menganalisa file mana
saja yang terfragmentasi maupun file yang lokasinya tidak sesuai dan
proses menulisan akan terjadi ketika terjadi pemindahan file yang
dianggap tidak sesuai dengan lokasi yang seharusnya.
Dengan adanya aktifitas tersebut,
pastinya akan terjadi proses baca tulis file yang berulang kali. Nah,
harddisk juga dari pabriknya pasti sudah disetting akan kemampuna baca
dan tulisnya. Dengan melakukan proses baca tulis (defrag) yang berulang
kali tentunya akan menyebabkan jatah baca tulisnya akan semakin
berkurang hingga sampai masa rusaknya.
Jadi, mendefrag Harddisk tidak harus setiap hari. Defrag Harddisk anda jika memang sudah waktunya. Tentu kita ingin agar Harddisk kita berumur panjang bukan?
Cara-cara mendefrag harrdisk cukup sederhana.
Anda klik Start -> All Program ->Accesories -> System tools -> Disk defragment-> Pilih Analize disk -> setelah proses selesai, pilih Defragment Disk -> Tunggu sampai selesai.
Jokowi, antara Pencitraan dan Kegagalan
Sebenarnya, aku bingung dengan Politik saat ini. Mengapa Poilitik saat ini begitu sangat kotor? Orang lemah yang berkecimpung di dunia politik seakan-akan tidak mampu berkuasa,namun orang-orang bodoh yang memiliki cukup ‘persenjataan’ ,tahukan maksud saya? Uang. Yup, Politisi saat ini hanya bermodalkan uang, sudah mendapatkan jabatannya.
Termasuk dengan tokoh yang ingin saya bahas saat ini,Joko Widodo. Kenapa Joko Widodo? Bukankah dia justru tokoh perubahan? Tidak. Jokowi itu cuman mainan dari para politisi saja. Apa kalian tahu, Jokowi sendiri itu ke Jakarta karena siapa? Siapa lagi kalo bukan Megawati. Dia ke Jakarta saja juga karena perintah dari Megawati, selaku Pembina dari PDIP. Dia mengaku kalo dia diperintah oleh Megawati, untuk bersaing di Jakarta dalam Pemilu DKI yang waktu itu akan segera bergulir. Maka, dia membuat strategi khusus agar rakyat Jakarta mau memilihnya. Dia pakailah cara yang agak unik, Blusukan. Walaupun cara ini sudah umum ia jalani di Solo,namun masyarakat Jakarta masih awam. Setelah dia berhasil memenangkan hati dari rakyat Jakarta,dia lalu mulai bergelut dan memperdalam permasalahan dari Jakarta itu sendiri. Tapi, ada maksud dari itu semua. Jokowi yang tenar karena keberaniannya mengganti mobil dinasnya dengan mobil produk dalam negeri, Esemka itupun didukung oleh orang yang berduit dalam memenangkan pilkada. Lagi-lagi, politik uang pun bermain. Memang sejatinya sulit untuk dihindari, walaupun tokoh itu kelihatannya baik, namun politik seakan menyembunyikan kebusukannya.
Lalu, saat ini saja Jakarta sedang diuji. Mungkin,u jian ini untuk Jokowi dan pasangannya, Basuki Tjahaja Purnama untuk menangani permasalahan yang sudah menjadi kebiasaan di Kota Megapolitan ini. Banjir. Itulah kata yang sudah menjadi rutinitas tiap tahun di Jakarta saat musim hujan telah tiba. Seakan mewarisi masalah dari pemimpin masa lalu, banjir di DKI ini bahkan sampai masuk ke jalan-jalan elit Jakarta,seperti Jl. M.H Thamrin, Jl Sudirman, bahkan bundaran HI yang menjadi salah satu maskot kota Jakarta, selain Monas pun, menjadi kolam coklat. Penanganan yang dilakukan Jokowi, seperti biasa, blusukan. Jokowi turun ke posko pengungsian untuk memberikan bantuan yang pada masyarakat. Tapi,apakah itu merupakan salah satu cara terbaik untuk bisa menangani banjir Jakarta. Dia begitu lambat, bahkan tidak tahu harus berbuat apa. Harusnya dia setidaknya bisa cepat tanggap dalam mengatasi masalah banjir, karena itu merupakan kewenangan yang dimilikinya. Dia harus meminta seluruh jajaran yang ada dibawahnya untuk mengetahui tingkat keparahan banjir itu, dan mencoba membaca prediksi kemana arah banjir selanjutnya. Lalu, ia harusnya dapat berkoordinasi dengan Dinas-dinas terkait, bukannya malah keluyuran menghampiri warga tanpa perhitungan yang jelas. Tindakan Jokowi yang tetap membudayakan blusukan disaat bencana seperti ini tidak memberikan efek apapun. Hanya akan memperparah kondisi dan situasi, karena petugas nanti akan kerepotan dalam menjaga keamanan sang Gubernur. Pihak pemprov DKI pun tidak menginformasikan ke publik, malah media yang turun tangan dalam hal ini. Aparat pemprov sepertinya kehilangan kendali disaat seperti ini. Arahan dari pak Jokowi pun kurang jelas,sehingga mereka sendiri pun tak tahu harus berbuat apa.
Bahkan,saat ditanya media mengenai kemanakah wakil Gubernur,Basuki Tjahaja Purnama, Jokowi malah menjawabnya seperti ini : “lagi disuruh cari batu dan pasir”. Apakah rasional,j ika media yang sedang serius untuk menggali informasi mengenai bencana,j ustru dipermainkan? Tidak. Jokowi pun bukan apa-apa tanpa budaya Blusukan-nya.
Sebenarnya, bukan kali ini saja Jokowi itu menunjukan ‘Kegagalan’nya. Bahkan,sebelum ia pindah dinas ke Jakarta sebagai Gubernur, dia memang sudah gagal. Mengapa gagal? Sebenarnya,saya juga kaget. Karena mungkin saya adalah salah satu dari sekian orang yang terkena silaunya popularitasnya, sehingga tidak peduli terhadap rekam jejaknya sebelum ia menjadi Gubernur saat ini. Mungkin media saat ini gencar mengikuti kemana Jokowi berada. Media banyak mengumbar berita tentang baiknya Jokowi dalam berpolitik. Jika dilihat, Di Solo, bertahun-tahun selalu saja banjir. Alasannya, sungai Bengawan Solo yang meluap. Tetapi,sebagai walikota saat itu, apakah ada gerakan dalam meminimalisir banjir yang selalu hadir di Solo saat musim hujan tiba? Hampir tidak ada! Tidak hanya itu. Kota Solo juga tiap hari selalu dirundung dengan kemacetan. Kepadatan di kota Solo memang sangat sulit ditekan. Namun, berkaca dari konsep yang akan dijalaninya di Jakarta, apakah dia terapkan dahulu di Solo? Walaupun Jokowi sempat mengeluarkan ide, dengan lahirnya Railbus yang saat ini ada di Jalan Slamet Riyadi, namun ini tidak mampu menekan angka kemacetan di Solo. Solo tetap saja macet.
Tidak hanya itu, bahkan, Gubernur yang sukses meraih sebuah penghargaan internasional, tidak mampu menekan angka kemiskinan di Kota Solo. Pertumbuhan ekonomi di Solo saja bahkan jauh dibawah standar Nasional. Data BPS Solo mencatat, pada tahun 2010, Pertumbuhan ekonomi di Solo hanya 5,94%, jauh dibawah standar Nasional yang berada di tingkat 6,1%. Belum lagi, tingkat kemiskinan di Kota Solo masih tinggi. Pada masa kepemimpinan Jokowi di tahun 2005-2010, BPS menyatakan di tahun 2010 saja, Tingkat kemiskinannya mencapai 13,98%. Angka itu saja jauh dibawah Jakarta,yang hanya 3,7%. Ini hanyalah beberapa kecil dari kegagalan Pak Jokowi dalam masa pemerintahannya di dunia politik.
Walaupun memang sedikit mengupas kegagalannya, namun Jokowi dapat diandalkan dalam hal tertentu. Jokowi mempunyai ide-ide dan konsep yang cukup menjanjikan. Itulah mengapa dia dapat membaca situasi tertentu dengan cepat. Semoga, kedepannya banyak lahir politisi yang bersih, jujur dan amanah. Karena saat ini sangat sulit untuk mencari pemimpin yang bersih. Memang ada politisi yang bersih, yang kebanyakan mencalonkan diri sebagai independent. Namun, sepertinya masyarakat lebih tergoda dengan politisi yang digandrung oleh parpol, karena nama besar parpol yang ada di negeri ini, tanpa memperdulikan politisi jalur independent.
Mungkin,dunia politik memang sudah sangat kotor, namun jika kita dapat mengubahnya menjadi lebih baik, dan berkaca pada zaman nabi, kenapa tidak? – M. Ricky Anggoro. Pratomo
Termasuk dengan tokoh yang ingin saya bahas saat ini,Joko Widodo. Kenapa Joko Widodo? Bukankah dia justru tokoh perubahan? Tidak. Jokowi itu cuman mainan dari para politisi saja. Apa kalian tahu, Jokowi sendiri itu ke Jakarta karena siapa? Siapa lagi kalo bukan Megawati. Dia ke Jakarta saja juga karena perintah dari Megawati, selaku Pembina dari PDIP. Dia mengaku kalo dia diperintah oleh Megawati, untuk bersaing di Jakarta dalam Pemilu DKI yang waktu itu akan segera bergulir. Maka, dia membuat strategi khusus agar rakyat Jakarta mau memilihnya. Dia pakailah cara yang agak unik, Blusukan. Walaupun cara ini sudah umum ia jalani di Solo,namun masyarakat Jakarta masih awam. Setelah dia berhasil memenangkan hati dari rakyat Jakarta,dia lalu mulai bergelut dan memperdalam permasalahan dari Jakarta itu sendiri. Tapi, ada maksud dari itu semua. Jokowi yang tenar karena keberaniannya mengganti mobil dinasnya dengan mobil produk dalam negeri, Esemka itupun didukung oleh orang yang berduit dalam memenangkan pilkada. Lagi-lagi, politik uang pun bermain. Memang sejatinya sulit untuk dihindari, walaupun tokoh itu kelihatannya baik, namun politik seakan menyembunyikan kebusukannya.
Lalu, saat ini saja Jakarta sedang diuji. Mungkin,u jian ini untuk Jokowi dan pasangannya, Basuki Tjahaja Purnama untuk menangani permasalahan yang sudah menjadi kebiasaan di Kota Megapolitan ini. Banjir. Itulah kata yang sudah menjadi rutinitas tiap tahun di Jakarta saat musim hujan telah tiba. Seakan mewarisi masalah dari pemimpin masa lalu, banjir di DKI ini bahkan sampai masuk ke jalan-jalan elit Jakarta,seperti Jl. M.H Thamrin, Jl Sudirman, bahkan bundaran HI yang menjadi salah satu maskot kota Jakarta, selain Monas pun, menjadi kolam coklat. Penanganan yang dilakukan Jokowi, seperti biasa, blusukan. Jokowi turun ke posko pengungsian untuk memberikan bantuan yang pada masyarakat. Tapi,apakah itu merupakan salah satu cara terbaik untuk bisa menangani banjir Jakarta. Dia begitu lambat, bahkan tidak tahu harus berbuat apa. Harusnya dia setidaknya bisa cepat tanggap dalam mengatasi masalah banjir, karena itu merupakan kewenangan yang dimilikinya. Dia harus meminta seluruh jajaran yang ada dibawahnya untuk mengetahui tingkat keparahan banjir itu, dan mencoba membaca prediksi kemana arah banjir selanjutnya. Lalu, ia harusnya dapat berkoordinasi dengan Dinas-dinas terkait, bukannya malah keluyuran menghampiri warga tanpa perhitungan yang jelas. Tindakan Jokowi yang tetap membudayakan blusukan disaat bencana seperti ini tidak memberikan efek apapun. Hanya akan memperparah kondisi dan situasi, karena petugas nanti akan kerepotan dalam menjaga keamanan sang Gubernur. Pihak pemprov DKI pun tidak menginformasikan ke publik, malah media yang turun tangan dalam hal ini. Aparat pemprov sepertinya kehilangan kendali disaat seperti ini. Arahan dari pak Jokowi pun kurang jelas,sehingga mereka sendiri pun tak tahu harus berbuat apa.
Bahkan,saat ditanya media mengenai kemanakah wakil Gubernur,Basuki Tjahaja Purnama, Jokowi malah menjawabnya seperti ini : “lagi disuruh cari batu dan pasir”. Apakah rasional,j ika media yang sedang serius untuk menggali informasi mengenai bencana,j ustru dipermainkan? Tidak. Jokowi pun bukan apa-apa tanpa budaya Blusukan-nya.
Sebenarnya, bukan kali ini saja Jokowi itu menunjukan ‘Kegagalan’nya. Bahkan,sebelum ia pindah dinas ke Jakarta sebagai Gubernur, dia memang sudah gagal. Mengapa gagal? Sebenarnya,saya juga kaget. Karena mungkin saya adalah salah satu dari sekian orang yang terkena silaunya popularitasnya, sehingga tidak peduli terhadap rekam jejaknya sebelum ia menjadi Gubernur saat ini. Mungkin media saat ini gencar mengikuti kemana Jokowi berada. Media banyak mengumbar berita tentang baiknya Jokowi dalam berpolitik. Jika dilihat, Di Solo, bertahun-tahun selalu saja banjir. Alasannya, sungai Bengawan Solo yang meluap. Tetapi,sebagai walikota saat itu, apakah ada gerakan dalam meminimalisir banjir yang selalu hadir di Solo saat musim hujan tiba? Hampir tidak ada! Tidak hanya itu. Kota Solo juga tiap hari selalu dirundung dengan kemacetan. Kepadatan di kota Solo memang sangat sulit ditekan. Namun, berkaca dari konsep yang akan dijalaninya di Jakarta, apakah dia terapkan dahulu di Solo? Walaupun Jokowi sempat mengeluarkan ide, dengan lahirnya Railbus yang saat ini ada di Jalan Slamet Riyadi, namun ini tidak mampu menekan angka kemacetan di Solo. Solo tetap saja macet.
Tidak hanya itu, bahkan, Gubernur yang sukses meraih sebuah penghargaan internasional, tidak mampu menekan angka kemiskinan di Kota Solo. Pertumbuhan ekonomi di Solo saja bahkan jauh dibawah standar Nasional. Data BPS Solo mencatat, pada tahun 2010, Pertumbuhan ekonomi di Solo hanya 5,94%, jauh dibawah standar Nasional yang berada di tingkat 6,1%. Belum lagi, tingkat kemiskinan di Kota Solo masih tinggi. Pada masa kepemimpinan Jokowi di tahun 2005-2010, BPS menyatakan di tahun 2010 saja, Tingkat kemiskinannya mencapai 13,98%. Angka itu saja jauh dibawah Jakarta,yang hanya 3,7%. Ini hanyalah beberapa kecil dari kegagalan Pak Jokowi dalam masa pemerintahannya di dunia politik.
Walaupun memang sedikit mengupas kegagalannya, namun Jokowi dapat diandalkan dalam hal tertentu. Jokowi mempunyai ide-ide dan konsep yang cukup menjanjikan. Itulah mengapa dia dapat membaca situasi tertentu dengan cepat. Semoga, kedepannya banyak lahir politisi yang bersih, jujur dan amanah. Karena saat ini sangat sulit untuk mencari pemimpin yang bersih. Memang ada politisi yang bersih, yang kebanyakan mencalonkan diri sebagai independent. Namun, sepertinya masyarakat lebih tergoda dengan politisi yang digandrung oleh parpol, karena nama besar parpol yang ada di negeri ini, tanpa memperdulikan politisi jalur independent.
Mungkin,dunia politik memang sudah sangat kotor, namun jika kita dapat mengubahnya menjadi lebih baik, dan berkaca pada zaman nabi, kenapa tidak? – M. Ricky Anggoro. Pratomo
Susahnya dapetin First Kiss
Hai, ahh lama gak menyapa, ehehe. Kali ini saya bakalan ngelanjutin serial Udin dan Michele! Maaf ya baru bisa ngelanjutin lagi, soalnya susah cari ide yang pas buat 2 chara ini. *maaf chele*. Daripada lama-lama, dan ngejelasin pake summary, mending langsung aja cekidot.
.
.
Udin's pov
Gadis itu tampak masih menundukkan kepalanya. Entah apa yang ia sembunyikan dariku. Aku bisa melihat semburat merah di kedua pipinya yang putih. Ada apa? Apa yang kau sembunyikan?. Pertanyaan itu ingin sekali kuucapkan. Tapi aku tau, ia tak akan menjawab sekalipun aku bertanya 1000 kali. Tak apa. Bagiku yang terpenting adalah ia tetap berada di hadapanku.
Aku dan dia masih diam dan saling berkutat pada pikiran masing-masing yang tak berujung dan tak jua memperolah kesimpulan. Aku berhenti. Aku memilih untuk memperhatikan wajahnya yang luar biasa cantik dan sifatnya yang mengagumkan. Tubuhnya semampai, rambutnya yang halus, mata sipitnya yang amat lembut dan membawa ketenangan. Aku memang sangat beruntung memilikinya, walaupun aku harus bersaing dengan 1000 orang ganteng untuk mendapatkan Michele. Aku tau dia sadar bahwa sejak tadi aku memandangi wajahnya, membuat semburat merah di wajahnya semakin kentara. Aku paling suka itu. Aku baru sadar, ternyata aku genit juga.
Aku rasa aku mulai bosan dengan keadaan diam ini, ayolah udin, temukan ide. Jangan diam seperti ini, tunjukkan keberanianmu. Kau harus mengatakannya, demi harga dirimu. Semangat….!
"emmmm….Michele sayang". ucapku pelan agak ragu-ragu. Ohh Tuhan, tolong aku, aku telah bertobat.
"iya sayang?…". Aduh suara itu manis sekali. Kalau bukan karena adik-adikmu yang galak itu sudah ku bawa pulang kau.
"ano…emmmm…". Aku masih ragu-ragu.
"iya…?". Michele nampaknya penasaran. Tapi sekarang giliranku yang seperti cacing kapanasan. Ayolah katakanlah kalau kau ingin menciumnya. Gampang kan?
"emmm…".
"apa…..?".
"ano…boleh aku pinjam toilet?".
'Deggg….!'
' Baka….!kau bilang apa Udin? Bodoh, kok bisa seperti itu. Ah…..'
"si-si-silahkan-saja…". Jawab Michele terbata-bata. Lho dia kok jadi gagap begitu. Aku kan hanya mau pinjam toilet, bukan menciumnya. Baru segini saja kau sudah gagap bagaimana kalau ku cium jangan-jangan kau langsung bisu seketika. Tidaaaaaakkkk…..!
"terima kasih…". Aku mengucapkan sambil tersenyum. Lagi-lagi wajahnya memerah.
Sepanjang jalan menuju pulang aku hampir gila karena kebodohanku tadi. Kenapa harus toilet?. Kenapa tidak bilang kalau aku ingin menciumya. Dasar pecundang. Padahal aku sudah 7 bulan berpacaran dengan gadis cantik dan-ehm-mempesona itu. Tapi aku belum pernah menciumnya. Sungguh prestasi yang amat sangat memalukan. Coba bayangkan, Budi hampir tiap hari dengan Inem. Joko malah udah dapet gebetan baru, langsung nikah. Ayolah jangan jadi orang yang memalukan. Bagaimana kalau orang satu geng tau? Aku pasti diketawain siang malam.
Tapi aku tak tega kalau harus mencium seorang gadis cantik yang ku cintai ini. Dia gadis yang berbeda. Aku sama sekali tak pernah memaksakan keinginanku padanya. Seorang sepertiku ini bisa luluh oleh seorang gadis sipit bertubuh jangkung *sorry chele*. Perlu dicatat dalam sejarah Indonesia tercinta!
Aku masih ingat saat aku menyatakan perasaanku padanya, coba tebak, apa yang terjadi:
Langsung diterima
Pikir-pikir dulu
Ditolak (aku rasa itu jawaban ternorak yang pernah ada, aku kan sudah jadi kekasihnya)
Diam dan tersenyum manis padaku.
Tidak menjawab apa-apa.
Teeeeetttt…toooootttt…..
Jawaban anda salah semua…huuuuuu….
Perlu diketahui saja, pertama kali aku bilang bahwa aku menyukai Michele, gadis itu langsung marah-marah di tempat. What the hell…! Dia kira aku hantu yang naksir bidadari apa?! Jangan bilang kalau memang tampangku ini mirip genduruwo Bondowso ya…! Tapi syukurlah, Michele menerima cinta dari babang Udin yang-ehm-puallingg ghuantheng ini….muahahahahahaha…..
Kembali ke lap-eh salah-kembali ke pokok permasalahan. Saudara-saudara, seorang Udin belum mendapat ciuman pertama dari sang pacar Michele. Terus aku harus gantung diri gitu? Ya jangan dong, nanti Michele ku diambil oleh si ngek-ngok Habib rese itu. Aku tau Habib rese itu menyukai Michele ku yang unyu-unyu berat itu. Matanya selalu hijau tiap melihat Michele. Ah, rasanya ingin kumakan hidup-hidup mamalia bertaring yang berdarah hangat itu-halah bahasanya-.
Ahaaaa….! Oooouuuuu yeeeaaahhhh….!
Ternyata otak Udin tak se-dodol yang dibilang orang. Aku dapat ide cemerlang. Yuhuuuuu…lihat saja nanti, teman-temanku pasti akan kagum dengan kehebatan ku. Sik…asik….tunggu saja Micheleku yang unyu-unyu aku akan membuatmu semakin mencintaiku.
End Udin's pov
Bruuummmm…brummm….
Deru suara motor legenda keluaran taun 80-an itu nampak berhenti di sebuah taman kecil di seberang jalan. Terlihat sosok pemuda nampak melepas helmnya, dan….
Slash…
Rambut putihnya bagai uban bergerak diterpa angin, terlihat berantakan namun malah membuatnya semakin aneh. Kulitnya gak jelas. Matanya berwarna hitam legam yang kali ini terlihat begitu sumringah. Tubuhnya yang kerempeng kayak lidi itu terlihat atletis sekali #nahantawa. Ia membuka resleting jaketnya dan turun dari motor yang baru saja ia parkir. Sesegera mungkin ia menggandeng gadisnya yang sudah terlebih dulu turun. Terlihat semburat merah di pipi gadis itu. Pasti ia sedang terpesona dengan pemuda yang ada di sampingnya.
Mereka berdua berjalan beriringan masuk ke area taman. Si gadis Nampak tak begitu kesulitan mengimbangi langkah sang pemuda yang agak lebar. Namun ia tetap menundukkan kepalanya tanpa mau menatap lelaki yang tengah menggandengnya dengan tingkat ke-PD-an yang luar biasa akut. Semburat merah masih saja terlihat di kedua pipi mulusnya itu.
"emmm, Michele, kenapa kau tidak bertanya…?". Tanya Udin sembari tetap menggandeng tangan kekasihnya itu.
"ano, Tanya apa Udin sayang?". Michele balik bertanya.
"pewh….kenapa tidak Tanya kita mau kemana?".
"untuk apa? Toh aku denganmu. Tak masalah". Ucap Michele malu-malu. Membuat Udin muncul setan jailnya.
"bagaimana kalau ku ajak kau terjun dari lembah akhir tempat aku bertengkar dengan Zain dulu?". Udin tersenyum jahil lebih tepatnya hampir mirip setan yang sukses memasukkan manusia dalam neraka.
" Udin!". Michele Nampak mengembungkan pipinya. Kelihatanya ia cemberut. Membuat ekspresi si Udin berubah jadi setan kelaparan.
"Eh…aku hanya bercanda. Jangan marah begitu". Udin memohon pada Michele membuat gadis itu kembali memerah. Eh, ngomong-ngomong kenapa dengan gadis ini? Kenapa dia selalu memerah tiap kali berhadapan dengan Udin. Jangan-jangan kelainan*di geplak Udin.
" jangan bicara begitu, aku takut Udin".
" iya sayang….". halah bahasanya.
Mereka berdua lalu berhenti di tepi danau buatan kecil yang terdapat di tengah taman. Suasana Nampak lengang, hanya ada beberapa orang yang tengah sibuk dengan urusan masing-masing. Keduanya duduk disebuah bangku kecil yang tepat menghadap kearah danau.
Perlahan namun tak pasti udin meraih jemari tangan Michele yang nganggur di atas bangku. Awalnya si Michele terkejut namun ia berhasil meredam keinginannya untuk pingsan-uuaappphaaa…!pingsan lagi…?! Bukannya Michele itu terkenal enerjik?. Udin mendekatkan wajahnya ke wajah Michele, Michele nampak kelabakan dan bingung harus berbuat apa. Udin semakin dekat dengan Michele. Tinggal 2 sentimeter lagi, ciuman pertama akan sukses, dan dia tidak akan jadi bahan tertawaan teman-temanya.
1….
2…
3…
Sedikit lagi….
"Bang, abang lagi ngapain?" Seorang anak kecil sukses mengganggu acara 'first kiss' Udin.
'Anjrit! Bentar lagi tuh padahal' gumam Udin dalam hati.
"Adek kecil, ada apa?" Tanya Michele
"Itu, sepeda motor yang ada disana punya abang?" Seketika Udin melongo kearah parkiran, tempat yang ditunjuk si anak kecil itu. Ia kaget, motornya tidak tampak.
"Waduh, motorku kemana? Ahh, jadi gagal kan." Udin hanya bisa pasrah, dan pulang dari taman itu dengan menggendong kekasihnya.
Dalam perjalanan pulang.
"Maaf yah sayang, hari ini acaranya jadi kacau"
"Gapapa kok sayang, aku bisa ngerti kok" Jawab Michele dengan senyum termanisnya
'Ahh senangnya punya kekasih seperti Michele, walaupun aku gak dapet first kissnya sampe sekarang, tapi aku selalu dapat senyumnya' gumam Udin dalam hati.
Udin pun berniat untuk melanjutkan aksinya lain hari.
End.
Hehehe, gimana ceritanya? mungkin agak aneh, jadi komentarnya ditunggu, Arigatou.
.
.
Udin's pov
Gadis itu tampak masih menundukkan kepalanya. Entah apa yang ia sembunyikan dariku. Aku bisa melihat semburat merah di kedua pipinya yang putih. Ada apa? Apa yang kau sembunyikan?. Pertanyaan itu ingin sekali kuucapkan. Tapi aku tau, ia tak akan menjawab sekalipun aku bertanya 1000 kali. Tak apa. Bagiku yang terpenting adalah ia tetap berada di hadapanku.
Aku dan dia masih diam dan saling berkutat pada pikiran masing-masing yang tak berujung dan tak jua memperolah kesimpulan. Aku berhenti. Aku memilih untuk memperhatikan wajahnya yang luar biasa cantik dan sifatnya yang mengagumkan. Tubuhnya semampai, rambutnya yang halus, mata sipitnya yang amat lembut dan membawa ketenangan. Aku memang sangat beruntung memilikinya, walaupun aku harus bersaing dengan 1000 orang ganteng untuk mendapatkan Michele. Aku tau dia sadar bahwa sejak tadi aku memandangi wajahnya, membuat semburat merah di wajahnya semakin kentara. Aku paling suka itu. Aku baru sadar, ternyata aku genit juga.
Aku rasa aku mulai bosan dengan keadaan diam ini, ayolah udin, temukan ide. Jangan diam seperti ini, tunjukkan keberanianmu. Kau harus mengatakannya, demi harga dirimu. Semangat….!
"emmmm….Michele sayang". ucapku pelan agak ragu-ragu. Ohh Tuhan, tolong aku, aku telah bertobat.
"iya sayang?…". Aduh suara itu manis sekali. Kalau bukan karena adik-adikmu yang galak itu sudah ku bawa pulang kau.
"ano…emmmm…". Aku masih ragu-ragu.
"iya…?". Michele nampaknya penasaran. Tapi sekarang giliranku yang seperti cacing kapanasan. Ayolah katakanlah kalau kau ingin menciumnya. Gampang kan?
"emmm…".
"apa…..?".
"ano…boleh aku pinjam toilet?".
'Deggg….!'
' Baka….!kau bilang apa Udin? Bodoh, kok bisa seperti itu. Ah…..'
"si-si-silahkan-saja…". Jawab Michele terbata-bata. Lho dia kok jadi gagap begitu. Aku kan hanya mau pinjam toilet, bukan menciumnya. Baru segini saja kau sudah gagap bagaimana kalau ku cium jangan-jangan kau langsung bisu seketika. Tidaaaaaakkkk…..!
"terima kasih…". Aku mengucapkan sambil tersenyum. Lagi-lagi wajahnya memerah.
Sepanjang jalan menuju pulang aku hampir gila karena kebodohanku tadi. Kenapa harus toilet?. Kenapa tidak bilang kalau aku ingin menciumya. Dasar pecundang. Padahal aku sudah 7 bulan berpacaran dengan gadis cantik dan-ehm-mempesona itu. Tapi aku belum pernah menciumnya. Sungguh prestasi yang amat sangat memalukan. Coba bayangkan, Budi hampir tiap hari dengan Inem. Joko malah udah dapet gebetan baru, langsung nikah. Ayolah jangan jadi orang yang memalukan. Bagaimana kalau orang satu geng tau? Aku pasti diketawain siang malam.
Tapi aku tak tega kalau harus mencium seorang gadis cantik yang ku cintai ini. Dia gadis yang berbeda. Aku sama sekali tak pernah memaksakan keinginanku padanya. Seorang sepertiku ini bisa luluh oleh seorang gadis sipit bertubuh jangkung *sorry chele*. Perlu dicatat dalam sejarah Indonesia tercinta!
Aku masih ingat saat aku menyatakan perasaanku padanya, coba tebak, apa yang terjadi:
Langsung diterima
Pikir-pikir dulu
Ditolak (aku rasa itu jawaban ternorak yang pernah ada, aku kan sudah jadi kekasihnya)
Diam dan tersenyum manis padaku.
Tidak menjawab apa-apa.
Teeeeetttt…toooootttt…..
Jawaban anda salah semua…huuuuuu….
Perlu diketahui saja, pertama kali aku bilang bahwa aku menyukai Michele, gadis itu langsung marah-marah di tempat. What the hell…! Dia kira aku hantu yang naksir bidadari apa?! Jangan bilang kalau memang tampangku ini mirip genduruwo Bondowso ya…! Tapi syukurlah, Michele menerima cinta dari babang Udin yang-ehm-puallingg ghuantheng ini….muahahahahahaha…..
Kembali ke lap-eh salah-kembali ke pokok permasalahan. Saudara-saudara, seorang Udin belum mendapat ciuman pertama dari sang pacar Michele. Terus aku harus gantung diri gitu? Ya jangan dong, nanti Michele ku diambil oleh si ngek-ngok Habib rese itu. Aku tau Habib rese itu menyukai Michele ku yang unyu-unyu berat itu. Matanya selalu hijau tiap melihat Michele. Ah, rasanya ingin kumakan hidup-hidup mamalia bertaring yang berdarah hangat itu-halah bahasanya-.
Ahaaaa….! Oooouuuuu yeeeaaahhhh….!
Ternyata otak Udin tak se-dodol yang dibilang orang. Aku dapat ide cemerlang. Yuhuuuuu…lihat saja nanti, teman-temanku pasti akan kagum dengan kehebatan ku. Sik…asik….tunggu saja Micheleku yang unyu-unyu aku akan membuatmu semakin mencintaiku.
End Udin's pov
Bruuummmm…brummm….
Deru suara motor legenda keluaran taun 80-an itu nampak berhenti di sebuah taman kecil di seberang jalan. Terlihat sosok pemuda nampak melepas helmnya, dan….
Slash…
Rambut putihnya bagai uban bergerak diterpa angin, terlihat berantakan namun malah membuatnya semakin aneh. Kulitnya gak jelas. Matanya berwarna hitam legam yang kali ini terlihat begitu sumringah. Tubuhnya yang kerempeng kayak lidi itu terlihat atletis sekali #nahantawa. Ia membuka resleting jaketnya dan turun dari motor yang baru saja ia parkir. Sesegera mungkin ia menggandeng gadisnya yang sudah terlebih dulu turun. Terlihat semburat merah di pipi gadis itu. Pasti ia sedang terpesona dengan pemuda yang ada di sampingnya.
Mereka berdua berjalan beriringan masuk ke area taman. Si gadis Nampak tak begitu kesulitan mengimbangi langkah sang pemuda yang agak lebar. Namun ia tetap menundukkan kepalanya tanpa mau menatap lelaki yang tengah menggandengnya dengan tingkat ke-PD-an yang luar biasa akut. Semburat merah masih saja terlihat di kedua pipi mulusnya itu.
"emmm, Michele, kenapa kau tidak bertanya…?". Tanya Udin sembari tetap menggandeng tangan kekasihnya itu.
"ano, Tanya apa Udin sayang?". Michele balik bertanya.
"pewh….kenapa tidak Tanya kita mau kemana?".
"untuk apa? Toh aku denganmu. Tak masalah". Ucap Michele malu-malu. Membuat Udin muncul setan jailnya.
"bagaimana kalau ku ajak kau terjun dari lembah akhir tempat aku bertengkar dengan Zain dulu?". Udin tersenyum jahil lebih tepatnya hampir mirip setan yang sukses memasukkan manusia dalam neraka.
" Udin!". Michele Nampak mengembungkan pipinya. Kelihatanya ia cemberut. Membuat ekspresi si Udin berubah jadi setan kelaparan.
"Eh…aku hanya bercanda. Jangan marah begitu". Udin memohon pada Michele membuat gadis itu kembali memerah. Eh, ngomong-ngomong kenapa dengan gadis ini? Kenapa dia selalu memerah tiap kali berhadapan dengan Udin. Jangan-jangan kelainan*di geplak Udin.
" jangan bicara begitu, aku takut Udin".
" iya sayang….". halah bahasanya.
Mereka berdua lalu berhenti di tepi danau buatan kecil yang terdapat di tengah taman. Suasana Nampak lengang, hanya ada beberapa orang yang tengah sibuk dengan urusan masing-masing. Keduanya duduk disebuah bangku kecil yang tepat menghadap kearah danau.
Perlahan namun tak pasti udin meraih jemari tangan Michele yang nganggur di atas bangku. Awalnya si Michele terkejut namun ia berhasil meredam keinginannya untuk pingsan-uuaappphaaa…!pingsan lagi…?! Bukannya Michele itu terkenal enerjik?. Udin mendekatkan wajahnya ke wajah Michele, Michele nampak kelabakan dan bingung harus berbuat apa. Udin semakin dekat dengan Michele. Tinggal 2 sentimeter lagi, ciuman pertama akan sukses, dan dia tidak akan jadi bahan tertawaan teman-temanya.
1….
2…
3…
Sedikit lagi….
"Bang, abang lagi ngapain?" Seorang anak kecil sukses mengganggu acara 'first kiss' Udin.
'Anjrit! Bentar lagi tuh padahal' gumam Udin dalam hati.
"Adek kecil, ada apa?" Tanya Michele
"Itu, sepeda motor yang ada disana punya abang?" Seketika Udin melongo kearah parkiran, tempat yang ditunjuk si anak kecil itu. Ia kaget, motornya tidak tampak.
"Waduh, motorku kemana? Ahh, jadi gagal kan." Udin hanya bisa pasrah, dan pulang dari taman itu dengan menggendong kekasihnya.
Dalam perjalanan pulang.
"Maaf yah sayang, hari ini acaranya jadi kacau"
"Gapapa kok sayang, aku bisa ngerti kok" Jawab Michele dengan senyum termanisnya
'Ahh senangnya punya kekasih seperti Michele, walaupun aku gak dapet first kissnya sampe sekarang, tapi aku selalu dapat senyumnya' gumam Udin dalam hati.
Udin pun berniat untuk melanjutkan aksinya lain hari.
End.
Hehehe, gimana ceritanya? mungkin agak aneh, jadi komentarnya ditunggu, Arigatou.
Samsung Galaxy S IV
Hai Readers, kali ini saya kembali hadir. Kali ini saya mau mengulas tentang smartphone terbaru keluaran samsung, yang digadang-gadang bakalan jadi pesaing berat iPhone 5! Yak, Galaxy S IV! Sejak diluncurkan tanggal 14 Maret lalu di New York, Samsung Galaxy IV ini memang mengundang decak kagum. Hmm, kira-kira apa saja sih fitur yang ditawaran Galaxy IV? Mari simak ulasannya.
Fitur
Samsung Galaxy S IV, selain dibekali oleh fitur Geo tagging dan fitur deteksi mata yang mana sudah tersedia di pendahulunya, Galaxy S III, Galaxy S IV mempunyai fitur terbaru, yaitu Smart Scroll dan Smart Pause. Fitur ini merupakan peningkatan pengalaman akses melihat video maupun browsing berbasis pengenalan wajah. Smart Scroll membuat penggunanya dapat menscrolling e-mail ataupun browser, tanpa harus menyentuh perangkatnya. Fitur ini memanfaatkan gerakan wajah pengguna yang sebelumnya sudah dikenali. Sebagai catatan, kemiringan dan ketepatan wajah juga mempengaruhi scrolling.
Sedangkan fitur Smart Pause memungkinkan penggunanya untuk menghentikan pemutaran video yang sedang berjalan, hanya dengan memutar kepala menjauh dari perangkat. Fitur ini juga tetap memanfaatkan pengenalan wajah anda untuk dapat menjalankannya.
Menariknya, Galaxy S IV juga dilengkapi fitur terbaru, Samsung WatchOn. Fitur ini memungkinkan penggunanya untuk mengendalikan tv, seperti menjadi remote control.
Pengguna juga dapat mengakses perangkat tanpa menyentuh layar, berkat fitur Air View. Cara kerjanya cukup dengan melayangkan jari diatas layar untuk mengakses menu di layar. Tersedia pula fitur Air Gesture, yang memungkinkan pengguna mengubah lagu, menggulirkan halaman Web, atau merespons panggilan hanya dengan melambaikan tangan.
Galaxy S IV juga ditambahkan dengan fitur hiburan dengan Group Play. Dengan fitur ini, pengguna dapat berbagi foto, musik, dan games dengan orang di sekitar pengguna. Fitur ini juga dapat digunakan untuk membuat kelompok musik, dan dapat mengubah perangkat menjadi sound system.
Jika terdapat banyak ponsel Galaxy S4, bahkan masing-masing ponsel dapat berbagi peran. Satu ponsel bisa difungsikan untuk speaker bagian kanan, sementara yang lainnya bisa sebagai speaker kiri atau speaker tengah.
Lalu fitur yang cukup unik, adalah S Translator. Fitur ini memungkinkan pengguna untuk menerjemahkan e-mail atau pesan sms menjadi suara. Fitur ini juga dapat menerjemahkan baik dari pembicaraan ke dalam teks maupun dari teks ke pembicaraan. Untuk anda yang suka foto-foto ataupun merekam suara, Galaxy S IV menghadirkan fitur Dual Shot dan Dual Recording. Fitur ini memungkinkan pengguna untuk melakukan pemotretan dan perekaman dari dua ruang yang berbeda dalam satu layar.
Buat anda yang suka sinema, Galaxy S IV punya fitur Cinema photo. Fitur ini membuat foto statis Anda menjadi seperti sinema. Lalu, yang hobi chatting, S IV menyediakan fitur ChatON Dual. Fitur ini memaksimalkan komunikasi chatting dan video call secara langsung dengan dua orang di saat bersamaan.
Spesifikasi
Untuk layar, S IV memakai layar Super AMOLED dengan ukuran 4,99 inch dan resolusi 1920 x 1080 piksel (Full HD, dengan 441 ppi. Untuk masalah dapur pacu, Galaxy S IV memakai chipset octa-core Exynos 5, terdiri dari quad-core prosesor Cortex-A15 dengan clocking 1,6 GHz dan quad-core prosesor Cortex-A7 dengan clocking 1,2 GHz. Belum lagi, S IV juga telah memakai RAM DDR 3 2 GB. Masalah Jaringan, bahkan Galaxy S IV sudah dicekoki dengan jaringan 4G (LTE). Untuk Spesifikasi selengkapnya, bisa anda baca dibawah ini.
Untuk harganya, Samsung belum merilis harga resminya, tapi yang jelas, harganya lebih tinggi dari Samsung Galaxy S III, ehehehe. Sekian dulu readers, semoga lebih bijak memilih smartphone :D
Fitur
Samsung Galaxy S IV, selain dibekali oleh fitur Geo tagging dan fitur deteksi mata yang mana sudah tersedia di pendahulunya, Galaxy S III, Galaxy S IV mempunyai fitur terbaru, yaitu Smart Scroll dan Smart Pause. Fitur ini merupakan peningkatan pengalaman akses melihat video maupun browsing berbasis pengenalan wajah. Smart Scroll membuat penggunanya dapat menscrolling e-mail ataupun browser, tanpa harus menyentuh perangkatnya. Fitur ini memanfaatkan gerakan wajah pengguna yang sebelumnya sudah dikenali. Sebagai catatan, kemiringan dan ketepatan wajah juga mempengaruhi scrolling.
Sedangkan fitur Smart Pause memungkinkan penggunanya untuk menghentikan pemutaran video yang sedang berjalan, hanya dengan memutar kepala menjauh dari perangkat. Fitur ini juga tetap memanfaatkan pengenalan wajah anda untuk dapat menjalankannya.
Menariknya, Galaxy S IV juga dilengkapi fitur terbaru, Samsung WatchOn. Fitur ini memungkinkan penggunanya untuk mengendalikan tv, seperti menjadi remote control.
Pengguna juga dapat mengakses perangkat tanpa menyentuh layar, berkat fitur Air View. Cara kerjanya cukup dengan melayangkan jari diatas layar untuk mengakses menu di layar. Tersedia pula fitur Air Gesture, yang memungkinkan pengguna mengubah lagu, menggulirkan halaman Web, atau merespons panggilan hanya dengan melambaikan tangan.
Galaxy S IV juga ditambahkan dengan fitur hiburan dengan Group Play. Dengan fitur ini, pengguna dapat berbagi foto, musik, dan games dengan orang di sekitar pengguna. Fitur ini juga dapat digunakan untuk membuat kelompok musik, dan dapat mengubah perangkat menjadi sound system.
Jika terdapat banyak ponsel Galaxy S4, bahkan masing-masing ponsel dapat berbagi peran. Satu ponsel bisa difungsikan untuk speaker bagian kanan, sementara yang lainnya bisa sebagai speaker kiri atau speaker tengah.
Lalu fitur yang cukup unik, adalah S Translator. Fitur ini memungkinkan pengguna untuk menerjemahkan e-mail atau pesan sms menjadi suara. Fitur ini juga dapat menerjemahkan baik dari pembicaraan ke dalam teks maupun dari teks ke pembicaraan. Untuk anda yang suka foto-foto ataupun merekam suara, Galaxy S IV menghadirkan fitur Dual Shot dan Dual Recording. Fitur ini memungkinkan pengguna untuk melakukan pemotretan dan perekaman dari dua ruang yang berbeda dalam satu layar.
Buat anda yang suka sinema, Galaxy S IV punya fitur Cinema photo. Fitur ini membuat foto statis Anda menjadi seperti sinema. Lalu, yang hobi chatting, S IV menyediakan fitur ChatON Dual. Fitur ini memaksimalkan komunikasi chatting dan video call secara langsung dengan dua orang di saat bersamaan.
Spesifikasi
Untuk layar, S IV memakai layar Super AMOLED dengan ukuran 4,99 inch dan resolusi 1920 x 1080 piksel (Full HD, dengan 441 ppi. Untuk masalah dapur pacu, Galaxy S IV memakai chipset octa-core Exynos 5, terdiri dari quad-core prosesor Cortex-A15 dengan clocking 1,6 GHz dan quad-core prosesor Cortex-A7 dengan clocking 1,2 GHz. Belum lagi, S IV juga telah memakai RAM DDR 3 2 GB. Masalah Jaringan, bahkan Galaxy S IV sudah dicekoki dengan jaringan 4G (LTE). Untuk Spesifikasi selengkapnya, bisa anda baca dibawah ini.
Jaringan | GSM 850/900/1800/1900 MHz (2G) HSDPA 850/900/1900/2100 MHz (3G) LTE Micro-SIM |
Dimensi | 13,6 x 6,9 x 0,7 cm 130 gram |
Layar | 4,99" Super AMOLED capacitive touchscreen, kedalaman 16 juta warna, resolusi 1080 x 1920 piksel, 441 ppi Corning Gorilla Glass 3 |
Memori | 16/32/64 GB (internal) microSD up to 64 GB RAM 2 GB |
Konektivitas | HSDPA 42,2 Mbps; HSUPA 5,76 Mbps; LTE Cat3 100 Mbps Wi-Fi 802.11 a/b/g/n/ac Bluetooth 4.0 A2DP NFC microUSB 2.0, USB On-the-go |
Kamera | 13 MP (4128x3096 piksel), autofocus, flash LED perekam video 1080p@30fps kamera depan 2 MP 1080p@30fps |
Sistem operasi | OS Android Jelly Bean v4.2.2 |
Chipset | Exynos 5 Octa 5410 |
CPU | Quad-core 1.6 GHz Cortex-A15 & quad-core 1.2 GHz Cortex-A7 |
GPU | PowerVR SGX 544MP3 |
Fitur-fitur | A-GPS dan GLONASS Java MIDP S-Voice natural language commands and dictation Smart Stay eye tracking Dropbox 50 GB TV-out MP4/DivX/XviD/WMV/H.264/H.263 player MP3/WAV/eAAC+/AC3/FLAC player |
Baterai | Li-Ion 2600 mAh |
Untuk harganya, Samsung belum merilis harga resminya, tapi yang jelas, harganya lebih tinggi dari Samsung Galaxy S III, ehehehe. Sekian dulu readers, semoga lebih bijak memilih smartphone :D
Kejadian di pagi hari
Hai Readers, wah udah lama gak menyapa nih :D Saya mau share fic lagi nih, udah lama di draft, oke langsung aja cekidot.
TOK TOK TOK…
Terdengar ketukan nyaring menggema di satu kamar. He kamar?, yah kamar. Dengan malas satu dari dua si penghuni kamar bangun dan membukakan pintu. Setelah pintu terbuka lebar ter-ekspos lah -?- manusia berpakaian rapi yang di sebut pelayan tengah tersenyum ramah.
"Selamat pagi Nyonya Nara, maaf mengganggu. Saya mau mengantarkan sarapan pagi anda dan Tuan Nara." Ucap pelayan itu masih tersenyum ramah.
Temari –yang tadi di panggil Ny. Nara- masih linglung belum sadar sepenuhnya hanya mengangguk pelan seraya masuk kembali ke dalam kamar.
Merasa sudah di perbolehkan masuk, pelayan tadi melenggang masuk dan menyiapkan sarapan untuk Nyonya dan Tuan Nara. Setelah selesai pelayan tadi meminta izin keluar karena pekerjaannya sudah selesai dan tak lupa senyum ramah kembali terpampang di bibir sang pelayan setelah mengucapkan terimakasih lalu melesat pergi.
Temari yang masih mengantuk kembali ke kasurnya berniat untuk tidur kembali. Baru beberapa saat Temari masuk ke alam mimpinya ia kembali di bangunkan oleh suara, tapi suara kali ini tidak nyaring tapi sebaliknya sangat lembut.
"Selamat pagi istriku sayang.. hhm?" ujar seorang pria yang sepertinya Tuan Nara tersenyum lembut sambil membelai rambut wanita yang kita ketahui Temari.
Temari belum sepenuhnya sadar perlahan-lahan membuka matanya dan mendapati sesosok pria yang tengah tersenyum, wajahnya sangat dekat. Temari terlonjak kaget langsung bangun dari posisi tidur menjadi duduk.
"Kenapa kau sebut aku istrimu? Sejak kapan kau menikahiku Shikamaru?" jerit Temari histeris sambil menunjuk-nunjuk pria yang di panggil Shikamaru. Shikamaru pun terkaget-kaget langsung duduk mencoba menenangkan istrinya.
"Hey, hey. Masa kau tidak ingat? Kemarin kita menikah, dan sekarang sedang bulan madu." ujar Shikamaru mengingatkan. Shikamaru menatap wajah istrinya yang kelihatannya tengah berfikir.
"Benarkah?" Tanya Temari dengan mimik muka terlihat berfikir, Temari masih belum percaya lelaki berambut nanas –tapi sekarang di buka- ini suaminya.
"Hhh, kalau kau tidak percaya lihat ini, " Shikamaru mengambil kamera mungil yang di simpan di laci meja. Shikamaru mengutak-atik sebentar lalu memperlihatkan foto pernikahan mereka berdua.
Temari dengan cepat mengambil kamera mungil tadi dari tangan Shikamaru lalu melihatnya. "Huaaa aku benar-benar tidak percaya bahwa kau itu benar suamiku," ucap Temari dengan raut wajah tidak percaya sambil melihat-lihat foto.
Shikamaru sweatdrop di tempat melihat tingkah istrinya yang satu ini –lah emang punya berapa?-. "Nah sekarang percayakan aku ini suamimu?" Tanya Shikamaru memastikan.
"Hmm… sepertinya iya," jawab Temari tanpa menatap Shikamaru yang was-was, ia masih sibuk melihat-lihat foto.
Shikamaru lagi-lagi sweatdrop di tempat mendengar pengakuan nista dari istrinya. "Huh, terserahlah. Lebih baik kau mandi agar otakmu sehat kembali," ujar Shikamaru beranjak dari kasur menuju ruang tv.
Temari yang hanya mendengar kata 'mandi' hanya mengangguk lalu pergi menuju kamar mandi, tentunya untuk pergi mandi.
Shikamaru sedang duduk santai di sofa ruang tv sambil fokus menonton berita,
"Pemirsa hari ini adalah hari sidangnya kasus jayus timbunan yang mengkorupsi uang pajak rakyat, banyak sekali yang mendemo di luar tempat persidangan. Sebenarnya saya juga ingin ikut mendemo karena dia makan uang rakyat sendirian. Harusnya dia bagi-bagi dengan saya. yah, tapi karena tuntutan pekerjaan saya harus menahan emosi. Kalau saya tidak bisa menahan emosi, saudara-saudara saya mau makan apa coba? Apalagi adik saya yang paling kecil, namanya Tobi kasian dia tuh-"
Shikamaru sweatdrop melihat reporter yang melapor menjadi curhat dengan beruraian air mata menyayangkan uangnya yang belum tentu. Lalu Shikamaru mendengar suara 'Stop, stop' yang sepertinye kamerawan.
Lalu reporter bermasker itu berhenti, "Ya saya Kakuzu. Terimakasih atas perhatian anda, demikianlah sekilat info." Pamit reporter bernama Kakuzu tadi menutup acara.
"Ya ampun, ada-ada saja reporter tadi. Pakai-pakai masker lagi, memangnya gunung mer-api masih meletus apa?" Shikamaru menggeleng-geleng lalu tak lama kemudian ia mendengar teriakkan Temari yang menggema dari kamar mandi. "SHIKAMARU…"
Shikamaru mencoba mengindahkan teriakkan Temari dan menajamkan pendengarannya pada tv, yah tapi bagaimana lagi teriakan Temari itu sangatlah dahsyat dan fenomenal-?- jadi mau di kata apa? Dengan ogah-ogahan Shikamaru beranjak menuju kamar mandi. "Mendokusai."
"SHIKAMARU…" teriak Temari lantang tanpa mengetahui Shikamaru sudah berada di depan pintu kamar mandi sambil menutup telinga mencegah pendengarannya akan rusak.
"Hey, tak usah teriak-teriak aku ada di depan pintu," ujar Shikamaru dengan nada malas masih dengan tangan menutup telinga mencegah kemungkinan telinganya tak akan sakit bila Temari berteriak lagi.
"Hehe, maaf aku kira kau dimana." Kata Temari malah cengengesan.
"Ada apa kau berteriak-teriak gaje memanggilku?" Tanya Shikamaru to the point. Shikamaru lalu bersandar pada pintu kamar mandi yang memisahkan dirinya dan Temari.
"Ambilkan aku handuk, aku lupa membawanya tadi." Jawab Temari. Shikamaru tersenyum jahil.
"Kenapa tidak ambil sendiri? Masa aku harus menggendongmu sih?" sepertinya Shikamaru ingin menjahili istrinya ini.
Temari blushing mendengar perkataan Shikamaru, dengan malu-malu ia berkata, "Se-sekarang aku tidak berpakaian b-bodoh," ucap Temari gugup sendiri.
Shikamaru semakin semangat menjahili istrinya, "Memang kenapa jika kau keluar tidak berpakaian? Bukankah di sini hanya ada kita berdua? Kau dan… suamimu. Hmm jadi jika terjadi apa-apa denganmu tidak masalahkan? Maksudku terciptanya Nara Shikamaru junior," Senyuman Shikamaru sekarang telah berubah menjadi seringai mesum #plakk.
Temari semakin gugup mendengar penuturan suaminya, tapi ia yakin suaminya itu sedang menjahilinya. Temari bergidik kedinginan terlalu lama tinggal di kamar mandi. Lama-lama ia berfikir suaminya itu kejam sekali membiarkan istrinya sendiri berlama-lama di dalam kamar mandi tanpa sehelai kain pun.
Urat kemarahan berkedut-kedut di wajah Temari, ia kesal pada suaminya. "Grrrhh Shikamaruuu BAKAAA—"
GUBRRAAKK..
Dengan kerasnya Temari menendang pintu kamar mandi yang di sandari Shikamaru. Shikamaru langsung meloncat kaget. Untung pintunya tidak rusak, hanya sedikit retak sih tapi itu lebih baik dari pada rusak bukan?
"Temariii, ini bukan rumah kita! Bagaimana kalau pintunya rusak? Ini itu kamar hotel, terserah kau kalau mau merusak pintu tapi nanti saja kalau kita sudah pulang okeh?" seru Shikamaru sambil memegangi dadanya.
"Untung aku tidak jantungan, kalau aku jantungan pasti tragis sekali.." ujar Shikamaru membayangkan di televisi di beritakan seorang pria yang baru menikah di bunuh istrinya sendiri dengan motivasi pembunuhan berawal karena suami menjahili sang istri yang sedang mandi.
"Ya sudah cepat ambilkan, aku sudah kedinginan." ujar Temari dari dalam kamar mandi.
"Sebelumnya apa mau aku peluk?" tawar Shikamaru,
"TIDAK NANAS! CEPAT AMBILKAN ATAU AKU BERI BOGEM KAU!" teriak Temari marah. Shikamaru langsung lari terbirit mengambil handuk mendengar ancaman dari istrinya ternista eh maksudnya tercinta, "Mendokusai."
Sesekali Shikamaru tersenyum melihat tingkah istrinya. Tapi tak jarang pula Shikamaru di seret paksa untuk menuruti permintaan Temari.
"Bagaimana? Apa sudah selesai lihat-lihatnya?" Tanya Shikamaru menatap Temari yang berjalan di sampingnya. Temari mengangguk kecil lalu tiba-tiba tangan Shikamaru yang tadinya di masukkan ke dalam saku menggenggam tangannya lembut.
Temari merona malu di perlakukan seperti itu oleh Shikamaru. Ia mendongkak menatap suaminya yang tengah tersenyum. Entah kenapa Temari menjadi ikut tersenyum.
"Kita menyewa sepeda, bagaimana?" Tanya Shikamaru tiba-tiba –nih orang tiba2 mulu-. Temari kembali mendongkak alisnya terangkat sebelah menandakan ia bingung.
Shikamaru menunjuk lurus ke depan, dengan rasa penasaran Temari mencari objek yang Shikamaru tunjuk. Setelah mendapatkan jawaban Temari mengangguk-ngangguk.
"Baiklah," seru Temari semangat. Shikamaru tersenyum melihat tingkah istrinya yang polos dan manis tapi kapan pun ia bisa berubah menjadi monster yang mengerikan.
"Huh, kau diam saja. Aku kan yang yang menyetir, kau hanya tinggal duduk manis saja di belakang." Ucap Shikamaru sambil terus mengayuh sepeda dengan Temari ikut serta duduk di belakangnya.
"Bagaimana aku bisa duduk manis coba? Supirnya saja tidak bisa menyetir dengan baik." Desis Temari sinis.
"Bukannya aku tidak bisa menyetir, tapi aku kan sudah lama tidak menyetir sepeda lagi." Bela Shikamaru. Temari masih komat-kamit merutuki suaminya yang malas ini.
"Iya kau kan 'sibuk' tidur terus, jadi mana sempat 'belajar' menyetir sepeda, iya kan?" Ucap Temari sinis sambil menekankan kata-kata tertentu.
Shikamaru merasa tertantang. Sebenarnya ia mahir naik sepeda, tapi dia kan ingin di peluk-peluk istrinya jadi dia jahil 'sedikit' tak apa kan? Shikamaru melajukan sepedanya dengan kencang setelah Temari berkata. "Kyaaa—" Temari mengeratkan pelukannya "—Shi-Shikamaruuu." Shikamaru menyeringai penuh kemenangan.
Shikamaru dan Temari terus bersepeda dengan di di pesisir pantai. Mereka berdua terus saja ribut membela pendapat masing-masing, tapi jika orang yang melihatnya pasti berpendapat bahwa mereka pasangan yang manis.
Temari menyandarkan kepalanya pada pundak Shikamaru, senyum manis tak lepas dari bibir mungilnya. "Temari?" tiba-tiba Shikamaru bersuara memecah keheningan diantara mereka berdua.
Temari sedikit heran, tak biasanya si pemalas yang satu ini mau memulai pembicaraan, "Hmm?" Temari menagangkat kepalanya menatap Shikamaru heran.
Shikamaru berbalik menghadap Temari dan mengeluarkan sesuatu dari dalam sakunya lalu ia memperlihatkan sebuah kalung sederhana tapi sangat manis bebentuk bintang. "Untukku?" Shikamaru mengangguk.
"Bagaimana? Kau suka?" Tanya Shikamaru meminta pendapat Temari. Temari tersenyum manis lalu mengangguk.
Shikamaru sangat senang Temari menyukainya lalu ia memakaikan kalung manis tadi ke leher jenjang Temari. Temari tersenyum sumringah kala kalung tadi telah tergantung manis di lehernya. Shikamaru merona melihat senyuman Temari lalu memalingkan wajahnya kearah barat mencoba menyamarkan rona merah yang berada di wajahnya ini.
Tiba-tiba Temari menarik kerah baju Shikamaru. Shikamaru kaget akan perbuatan istrinya. Temari mendekatkan wajahnya pada wajah Shikamaru.
Shikamaru yang gugup setengah mati atas perlakuan Temari hanya bisa memejamkan matanya rapat-rapat dalam artian pasrah. Shikamaru merasakan hembusan nafas Temari menerpa wajahnya. "Terimakasih," bisik Temari lembut.
Shikamaru mendengar bisikan Temari membuka matanya lalu—
CUP
Shikamaru tidak menyangka istrinya benar-benar melakukan ini, tapi toh dia juga menikmatinya. Buktinya perlahan Shikamaru ikut memejamkan matanya menikmati ciuman mereka yang di latar belakangi sunset. "Aku sangat bahagia-" Temari membuka matanya menatap Shikamaru yang memejamkan matanya menikmati ciuman mereka, "—bersamamu." Ucap Temari di sela-sela ciumannya.
Shikamaru yang memakai baju tidur kembar dengan Temari, berjalan mendekati Temari. Temari melirik suaminya yang sekarang duduk di sampan tempat ia berbaring. "Sudah selesai mandinya?" Tanya Temari masih fokus melihat-lihat majalah.
"Sudah. Temari, tadi ibu dan ayah menelepon." Temari bangun dari posisi duduknya.
"Memangnya mereka bilang apa?" Tanya Temari kini menatap Shikamaru.
"Mereka bilang, jika kita nanti pulang kita harus s-sudah err.. ber-bertiga." Shikamaru menggaruk tengkuknya gugup. Temari yang tahu akan arah pembicaraan blushing mendengar penuturan Shikamaru.
Shikamaru mendekatkan wajahnya pada telinga Temari. tubuh Temari menegang dibuatnya. Nafas Temari tercekat ketika mendengar bisikkan Shikamaru, "Lagi pula aku juga menginginkannya. Sebelumnya aku juga belum menyentuhmu jadi—" Shikamaru berpindah mendekati bibir Temari, "—ayo kita lakukan,"
Shikamaru lalu dengan lembut mendorong pundak Temari dan membaringkannya ke sofa hingga posisi Shikamaru berada di atas tubuh Temari.
Temari hanya diam menurut kala Shikamaru menempelkan ciuman lembutnya pada bibir mungil Temari. Rasanya mereka berdua sangat menikmati ciuman mereka yang kedua pada hari ini. Ciuman mereka semakin lama semakin dalam ketika Shikamaru terus meminta lebih.
Selang beberapa menit Temari melepaskan ciumannya, ia terengah-engah kekurangan oksigen. Sama halnya dengan Shikamaru ia juga tampak membutuhkan oksigen lebih.
Shikamaru kembali mendekatkan wajahnya, memulai kembali. Tapi Temari dengan cepat mencegahnya, ia menahan dada bidang Shikamaru untuk menciumnya kembali. "Jangan disini." Ucap Temari memandang suaminya lembut.
Shikamaru mengangguk mengerti, lalu Shikamaru mengangkat tubuh Temari ala bridal style –bener gak sih?#plakk-. Shikamaru membawa Temari ke dalam kamar lalu menutup dan mengunci pintu kamarnya –nyegah takut author & reader ngintip-. Malam ini khusus untuk mereka berdua.
Selanjutnya? Oh tidak bisa! Itu sih privasi mereka.
"Tentu saja aku tidak lupa," jawab Temari lalu duduk dari posisi berbaringnya. "Syukurlah istriku mengingatnya, kalau kau tidak ingat kau istri yang durhaka." Ujar Shikamaru tapi Temari tidak terlalu memusingkan perkataan Shikamaru.
"Hu~h kenapa di sini dingin sekali ya," Temari bergidik kedinginan. "Tentu saja, kau kan tidak berpakaian," kata Shikamaru santai sambil bangun lalu duduk.
"APA?" Shikamaru kaget akan teriakan istrinya yang tiba-tiba.
"Kau itu kenapa sih pagi-pagi sudah teriak-teriak," Shikamaru menutup telinganya sambil menatap istrinya kesal.
Tentu saja, bagaimana tidak kesa coba? Temari berteriak dekat telinganya. Shikamaru yakin setelah nanti ia di karuniai anak ia tidak dapat mendengar tangisan anaknya karena pendengarannya pasti sudah rusak.
Temari menatap tubuh Shikamaru yang tidak terbalut apapun, "K-kau memperkosaku ya?" Tanya Temari pelan. "Aku kan suamimu. Jadi jika aku ngapain-ngapin kamu namanya bukan pemerkosaan," bela Shikamaru menatap Temari aneh.
"Tapi kau tidak meminta izin terlebih dahulu, dan itu namanya pe-mer-ko-sa-an." Temari tak mau kalah membela diri.
"He? Jadi kau tidak ingat semalam? Padahal kau yang paling agresif." Kata Shikamaru kaget.
"Semalam? Aku? Agresif? Maksudmu tuh apa?" Tanya Temari memasang tampang polos.
"Huh aku benar-benar memiliki istri durhaka." Ujar Shikamaru sweatdrop sekaligus pasrah.
"Aku ingin dia terlahir anak yang jenius, tampan, berbakti,rajin tidak malas sepertimu dan yang paling penting aku ingin anak ini rambutnya sepertiku." Ujar Temari tersenyum.
"Memangnya kau mau anak kita bermodel rambut kuncir empat sepertimu, hah?" Shikamaru menatap Temari, sepertinya ia protes.
"Tapi aku tidak mau jika nanti ada dua makhluk nanas di rumah." Shikamaru frustasi mendengar keinginan istrinya. Padahal belum tentu anak mereka akan seperti apa.
"Dia itu laki-laki, jika dia bermodel rambut kuncir empat pasti terlihat sangat aneh," Temari sedang menimbang perkataan Shikamaru.
"Baiklah, tapi aku ingin dia memiliki warna rambut sama denganku." Temari tersenyum senang akan jawabannya sendiri. Ia rasa ini cukup adil.
"Jika anak kita nanti bermodel rambut sepertiku tapi berwarna kuning sepertimu pasti dia akan sangat mirip dengan nanas." Shikamaru dan Temari membayangkan anak mereka seperti nanas berjalan. Mengerikan.
"TIDAAAAAK!" jerit Temari tidak terima. Shikamaru reflek menutup telinganya.
"Do'a kan ayahmu nak, supaya ayah bisa mendengar tangisan pertamamu…" ratap Shikamaru sambil berdo'a.
END
TOK TOK TOK…
Terdengar ketukan nyaring menggema di satu kamar. He kamar?, yah kamar. Dengan malas satu dari dua si penghuni kamar bangun dan membukakan pintu. Setelah pintu terbuka lebar ter-ekspos lah -?- manusia berpakaian rapi yang di sebut pelayan tengah tersenyum ramah.
"Selamat pagi Nyonya Nara, maaf mengganggu. Saya mau mengantarkan sarapan pagi anda dan Tuan Nara." Ucap pelayan itu masih tersenyum ramah.
Temari –yang tadi di panggil Ny. Nara- masih linglung belum sadar sepenuhnya hanya mengangguk pelan seraya masuk kembali ke dalam kamar.
Merasa sudah di perbolehkan masuk, pelayan tadi melenggang masuk dan menyiapkan sarapan untuk Nyonya dan Tuan Nara. Setelah selesai pelayan tadi meminta izin keluar karena pekerjaannya sudah selesai dan tak lupa senyum ramah kembali terpampang di bibir sang pelayan setelah mengucapkan terimakasih lalu melesat pergi.
Temari yang masih mengantuk kembali ke kasurnya berniat untuk tidur kembali. Baru beberapa saat Temari masuk ke alam mimpinya ia kembali di bangunkan oleh suara, tapi suara kali ini tidak nyaring tapi sebaliknya sangat lembut.
"Selamat pagi istriku sayang.. hhm?" ujar seorang pria yang sepertinya Tuan Nara tersenyum lembut sambil membelai rambut wanita yang kita ketahui Temari.
Temari belum sepenuhnya sadar perlahan-lahan membuka matanya dan mendapati sesosok pria yang tengah tersenyum, wajahnya sangat dekat. Temari terlonjak kaget langsung bangun dari posisi tidur menjadi duduk.
"Kenapa kau sebut aku istrimu? Sejak kapan kau menikahiku Shikamaru?" jerit Temari histeris sambil menunjuk-nunjuk pria yang di panggil Shikamaru. Shikamaru pun terkaget-kaget langsung duduk mencoba menenangkan istrinya.
"Hey, hey. Masa kau tidak ingat? Kemarin kita menikah, dan sekarang sedang bulan madu." ujar Shikamaru mengingatkan. Shikamaru menatap wajah istrinya yang kelihatannya tengah berfikir.
"Benarkah?" Tanya Temari dengan mimik muka terlihat berfikir, Temari masih belum percaya lelaki berambut nanas –tapi sekarang di buka- ini suaminya.
"Hhh, kalau kau tidak percaya lihat ini, " Shikamaru mengambil kamera mungil yang di simpan di laci meja. Shikamaru mengutak-atik sebentar lalu memperlihatkan foto pernikahan mereka berdua.
Temari dengan cepat mengambil kamera mungil tadi dari tangan Shikamaru lalu melihatnya. "Huaaa aku benar-benar tidak percaya bahwa kau itu benar suamiku," ucap Temari dengan raut wajah tidak percaya sambil melihat-lihat foto.
Shikamaru sweatdrop di tempat melihat tingkah istrinya yang satu ini –lah emang punya berapa?-. "Nah sekarang percayakan aku ini suamimu?" Tanya Shikamaru memastikan.
"Hmm… sepertinya iya," jawab Temari tanpa menatap Shikamaru yang was-was, ia masih sibuk melihat-lihat foto.
Shikamaru lagi-lagi sweatdrop di tempat mendengar pengakuan nista dari istrinya. "Huh, terserahlah. Lebih baik kau mandi agar otakmu sehat kembali," ujar Shikamaru beranjak dari kasur menuju ruang tv.
Temari yang hanya mendengar kata 'mandi' hanya mengangguk lalu pergi menuju kamar mandi, tentunya untuk pergi mandi.
Shikamaru sedang duduk santai di sofa ruang tv sambil fokus menonton berita,
"Pemirsa hari ini adalah hari sidangnya kasus jayus timbunan yang mengkorupsi uang pajak rakyat, banyak sekali yang mendemo di luar tempat persidangan. Sebenarnya saya juga ingin ikut mendemo karena dia makan uang rakyat sendirian. Harusnya dia bagi-bagi dengan saya. yah, tapi karena tuntutan pekerjaan saya harus menahan emosi. Kalau saya tidak bisa menahan emosi, saudara-saudara saya mau makan apa coba? Apalagi adik saya yang paling kecil, namanya Tobi kasian dia tuh-"
Shikamaru sweatdrop melihat reporter yang melapor menjadi curhat dengan beruraian air mata menyayangkan uangnya yang belum tentu. Lalu Shikamaru mendengar suara 'Stop, stop' yang sepertinye kamerawan.
Lalu reporter bermasker itu berhenti, "Ya saya Kakuzu. Terimakasih atas perhatian anda, demikianlah sekilat info." Pamit reporter bernama Kakuzu tadi menutup acara.
"Ya ampun, ada-ada saja reporter tadi. Pakai-pakai masker lagi, memangnya gunung mer-api masih meletus apa?" Shikamaru menggeleng-geleng lalu tak lama kemudian ia mendengar teriakkan Temari yang menggema dari kamar mandi. "SHIKAMARU…"
Shikamaru mencoba mengindahkan teriakkan Temari dan menajamkan pendengarannya pada tv, yah tapi bagaimana lagi teriakan Temari itu sangatlah dahsyat dan fenomenal-?- jadi mau di kata apa? Dengan ogah-ogahan Shikamaru beranjak menuju kamar mandi. "Mendokusai."
"SHIKAMARU…" teriak Temari lantang tanpa mengetahui Shikamaru sudah berada di depan pintu kamar mandi sambil menutup telinga mencegah pendengarannya akan rusak.
"Hey, tak usah teriak-teriak aku ada di depan pintu," ujar Shikamaru dengan nada malas masih dengan tangan menutup telinga mencegah kemungkinan telinganya tak akan sakit bila Temari berteriak lagi.
"Hehe, maaf aku kira kau dimana." Kata Temari malah cengengesan.
"Ada apa kau berteriak-teriak gaje memanggilku?" Tanya Shikamaru to the point. Shikamaru lalu bersandar pada pintu kamar mandi yang memisahkan dirinya dan Temari.
"Ambilkan aku handuk, aku lupa membawanya tadi." Jawab Temari. Shikamaru tersenyum jahil.
"Kenapa tidak ambil sendiri? Masa aku harus menggendongmu sih?" sepertinya Shikamaru ingin menjahili istrinya ini.
Temari blushing mendengar perkataan Shikamaru, dengan malu-malu ia berkata, "Se-sekarang aku tidak berpakaian b-bodoh," ucap Temari gugup sendiri.
Shikamaru semakin semangat menjahili istrinya, "Memang kenapa jika kau keluar tidak berpakaian? Bukankah di sini hanya ada kita berdua? Kau dan… suamimu. Hmm jadi jika terjadi apa-apa denganmu tidak masalahkan? Maksudku terciptanya Nara Shikamaru junior," Senyuman Shikamaru sekarang telah berubah menjadi seringai mesum #plakk.
Temari semakin gugup mendengar penuturan suaminya, tapi ia yakin suaminya itu sedang menjahilinya. Temari bergidik kedinginan terlalu lama tinggal di kamar mandi. Lama-lama ia berfikir suaminya itu kejam sekali membiarkan istrinya sendiri berlama-lama di dalam kamar mandi tanpa sehelai kain pun.
Urat kemarahan berkedut-kedut di wajah Temari, ia kesal pada suaminya. "Grrrhh Shikamaruuu BAKAAA—"
GUBRRAAKK..
Dengan kerasnya Temari menendang pintu kamar mandi yang di sandari Shikamaru. Shikamaru langsung meloncat kaget. Untung pintunya tidak rusak, hanya sedikit retak sih tapi itu lebih baik dari pada rusak bukan?
"Temariii, ini bukan rumah kita! Bagaimana kalau pintunya rusak? Ini itu kamar hotel, terserah kau kalau mau merusak pintu tapi nanti saja kalau kita sudah pulang okeh?" seru Shikamaru sambil memegangi dadanya.
"Untung aku tidak jantungan, kalau aku jantungan pasti tragis sekali.." ujar Shikamaru membayangkan di televisi di beritakan seorang pria yang baru menikah di bunuh istrinya sendiri dengan motivasi pembunuhan berawal karena suami menjahili sang istri yang sedang mandi.
"Ya sudah cepat ambilkan, aku sudah kedinginan." ujar Temari dari dalam kamar mandi.
"Sebelumnya apa mau aku peluk?" tawar Shikamaru,
"TIDAK NANAS! CEPAT AMBILKAN ATAU AKU BERI BOGEM KAU!" teriak Temari marah. Shikamaru langsung lari terbirit mengambil handuk mendengar ancaman dari istrinya ternista eh maksudnya tercinta, "Mendokusai."
…
Shikamaru
dan Temari sekarang sedang berjalan-jalan di pusat kota Hokkaido,
Temari menggandeng tangan Shikamaru manja. Biasanya Shikmaru
mala-malasan tapi kali ini Shikamru terlihat menikmati acara jalan-jalan
mereka.Sesekali Shikamaru tersenyum melihat tingkah istrinya. Tapi tak jarang pula Shikamaru di seret paksa untuk menuruti permintaan Temari.
"Bagaimana? Apa sudah selesai lihat-lihatnya?" Tanya Shikamaru menatap Temari yang berjalan di sampingnya. Temari mengangguk kecil lalu tiba-tiba tangan Shikamaru yang tadinya di masukkan ke dalam saku menggenggam tangannya lembut.
Temari merona malu di perlakukan seperti itu oleh Shikamaru. Ia mendongkak menatap suaminya yang tengah tersenyum. Entah kenapa Temari menjadi ikut tersenyum.
"Kita menyewa sepeda, bagaimana?" Tanya Shikamaru tiba-tiba –nih orang tiba2 mulu-. Temari kembali mendongkak alisnya terangkat sebelah menandakan ia bingung.
Shikamaru menunjuk lurus ke depan, dengan rasa penasaran Temari mencari objek yang Shikamaru tunjuk. Setelah mendapatkan jawaban Temari mengangguk-ngangguk.
"Baiklah," seru Temari semangat. Shikamaru tersenyum melihat tingkah istrinya yang polos dan manis tapi kapan pun ia bisa berubah menjadi monster yang mengerikan.
…
"Huuwaw
Shikamaru awaaaas—" Temari mengeratkan pelukkannya pada Shikamaru.
"—kau hampir menabrak pohon kelapa nanas!" seru Temari emosi."Huh, kau diam saja. Aku kan yang yang menyetir, kau hanya tinggal duduk manis saja di belakang." Ucap Shikamaru sambil terus mengayuh sepeda dengan Temari ikut serta duduk di belakangnya.
"Bagaimana aku bisa duduk manis coba? Supirnya saja tidak bisa menyetir dengan baik." Desis Temari sinis.
"Bukannya aku tidak bisa menyetir, tapi aku kan sudah lama tidak menyetir sepeda lagi." Bela Shikamaru. Temari masih komat-kamit merutuki suaminya yang malas ini.
"Iya kau kan 'sibuk' tidur terus, jadi mana sempat 'belajar' menyetir sepeda, iya kan?" Ucap Temari sinis sambil menekankan kata-kata tertentu.
Shikamaru merasa tertantang. Sebenarnya ia mahir naik sepeda, tapi dia kan ingin di peluk-peluk istrinya jadi dia jahil 'sedikit' tak apa kan? Shikamaru melajukan sepedanya dengan kencang setelah Temari berkata. "Kyaaa—" Temari mengeratkan pelukannya "—Shi-Shikamaruuu." Shikamaru menyeringai penuh kemenangan.
Shikamaru dan Temari terus bersepeda dengan di di pesisir pantai. Mereka berdua terus saja ribut membela pendapat masing-masing, tapi jika orang yang melihatnya pasti berpendapat bahwa mereka pasangan yang manis.
…
"Indah
bukan?" Tanya Shikamaru menatap lurus kearah barat, menatap sunset.
Temari yang duduk di sampingnya tersenyum bahagia sambil menatap kearah
dan objek yang sama dengan Shikamaru, "Sangat indah."Temari menyandarkan kepalanya pada pundak Shikamaru, senyum manis tak lepas dari bibir mungilnya. "Temari?" tiba-tiba Shikamaru bersuara memecah keheningan diantara mereka berdua.
Temari sedikit heran, tak biasanya si pemalas yang satu ini mau memulai pembicaraan, "Hmm?" Temari menagangkat kepalanya menatap Shikamaru heran.
Shikamaru berbalik menghadap Temari dan mengeluarkan sesuatu dari dalam sakunya lalu ia memperlihatkan sebuah kalung sederhana tapi sangat manis bebentuk bintang. "Untukku?" Shikamaru mengangguk.
"Bagaimana? Kau suka?" Tanya Shikamaru meminta pendapat Temari. Temari tersenyum manis lalu mengangguk.
Shikamaru sangat senang Temari menyukainya lalu ia memakaikan kalung manis tadi ke leher jenjang Temari. Temari tersenyum sumringah kala kalung tadi telah tergantung manis di lehernya. Shikamaru merona melihat senyuman Temari lalu memalingkan wajahnya kearah barat mencoba menyamarkan rona merah yang berada di wajahnya ini.
Tiba-tiba Temari menarik kerah baju Shikamaru. Shikamaru kaget akan perbuatan istrinya. Temari mendekatkan wajahnya pada wajah Shikamaru.
Shikamaru yang gugup setengah mati atas perlakuan Temari hanya bisa memejamkan matanya rapat-rapat dalam artian pasrah. Shikamaru merasakan hembusan nafas Temari menerpa wajahnya. "Terimakasih," bisik Temari lembut.
Shikamaru mendengar bisikan Temari membuka matanya lalu—
CUP
Shikamaru tidak menyangka istrinya benar-benar melakukan ini, tapi toh dia juga menikmatinya. Buktinya perlahan Shikamaru ikut memejamkan matanya menikmati ciuman mereka yang di latar belakangi sunset. "Aku sangat bahagia-" Temari membuka matanya menatap Shikamaru yang memejamkan matanya menikmati ciuman mereka, "—bersamamu." Ucap Temari di sela-sela ciumannya.
…
"Huh tidak ada acara
yang seru." Desah Temari sambil mematikan tv yang tadi sempat menyala.
Temari mengambil majalah dari atas meja lalu berbaring di atas sofa dan
membacanya.Shikamaru yang memakai baju tidur kembar dengan Temari, berjalan mendekati Temari. Temari melirik suaminya yang sekarang duduk di sampan tempat ia berbaring. "Sudah selesai mandinya?" Tanya Temari masih fokus melihat-lihat majalah.
"Sudah. Temari, tadi ibu dan ayah menelepon." Temari bangun dari posisi duduknya.
"Memangnya mereka bilang apa?" Tanya Temari kini menatap Shikamaru.
"Mereka bilang, jika kita nanti pulang kita harus s-sudah err.. ber-bertiga." Shikamaru menggaruk tengkuknya gugup. Temari yang tahu akan arah pembicaraan blushing mendengar penuturan Shikamaru.
Shikamaru mendekatkan wajahnya pada telinga Temari. tubuh Temari menegang dibuatnya. Nafas Temari tercekat ketika mendengar bisikkan Shikamaru, "Lagi pula aku juga menginginkannya. Sebelumnya aku juga belum menyentuhmu jadi—" Shikamaru berpindah mendekati bibir Temari, "—ayo kita lakukan,"
Shikamaru lalu dengan lembut mendorong pundak Temari dan membaringkannya ke sofa hingga posisi Shikamaru berada di atas tubuh Temari.
Temari hanya diam menurut kala Shikamaru menempelkan ciuman lembutnya pada bibir mungil Temari. Rasanya mereka berdua sangat menikmati ciuman mereka yang kedua pada hari ini. Ciuman mereka semakin lama semakin dalam ketika Shikamaru terus meminta lebih.
Selang beberapa menit Temari melepaskan ciumannya, ia terengah-engah kekurangan oksigen. Sama halnya dengan Shikamaru ia juga tampak membutuhkan oksigen lebih.
Shikamaru kembali mendekatkan wajahnya, memulai kembali. Tapi Temari dengan cepat mencegahnya, ia menahan dada bidang Shikamaru untuk menciumnya kembali. "Jangan disini." Ucap Temari memandang suaminya lembut.
Shikamaru mengangguk mengerti, lalu Shikamaru mengangkat tubuh Temari ala bridal style –bener gak sih?#plakk-. Shikamaru membawa Temari ke dalam kamar lalu menutup dan mengunci pintu kamarnya –nyegah takut author & reader ngintip-. Malam ini khusus untuk mereka berdua.
Selanjutnya? Oh tidak bisa! Itu sih privasi mereka.
…
Temari
mengerjap-ngerjapkan matanya silau. Matanya belum terbiasa dengan
cahaya silau pagi, ia lalu mengucek-ngucek matanya. "Pagi istriku… kau
tak lupa lagi kan bahwa aku ini suamimu?" Tanya pria yang berbaring di
sampingnya. Shikamaru menguap seraya menatap istrinya."Tentu saja aku tidak lupa," jawab Temari lalu duduk dari posisi berbaringnya. "Syukurlah istriku mengingatnya, kalau kau tidak ingat kau istri yang durhaka." Ujar Shikamaru tapi Temari tidak terlalu memusingkan perkataan Shikamaru.
"Hu~h kenapa di sini dingin sekali ya," Temari bergidik kedinginan. "Tentu saja, kau kan tidak berpakaian," kata Shikamaru santai sambil bangun lalu duduk.
"APA?" Shikamaru kaget akan teriakan istrinya yang tiba-tiba.
"Kau itu kenapa sih pagi-pagi sudah teriak-teriak," Shikamaru menutup telinganya sambil menatap istrinya kesal.
Tentu saja, bagaimana tidak kesa coba? Temari berteriak dekat telinganya. Shikamaru yakin setelah nanti ia di karuniai anak ia tidak dapat mendengar tangisan anaknya karena pendengarannya pasti sudah rusak.
Temari menatap tubuh Shikamaru yang tidak terbalut apapun, "K-kau memperkosaku ya?" Tanya Temari pelan. "Aku kan suamimu. Jadi jika aku ngapain-ngapin kamu namanya bukan pemerkosaan," bela Shikamaru menatap Temari aneh.
"Tapi kau tidak meminta izin terlebih dahulu, dan itu namanya pe-mer-ko-sa-an." Temari tak mau kalah membela diri.
"He? Jadi kau tidak ingat semalam? Padahal kau yang paling agresif." Kata Shikamaru kaget.
"Semalam? Aku? Agresif? Maksudmu tuh apa?" Tanya Temari memasang tampang polos.
"Huh aku benar-benar memiliki istri durhaka." Ujar Shikamaru sweatdrop sekaligus pasrah.
…
"Jika
anak kita lahir nanti kau ingin dia seperti apa?" Shikamaru mengelus
perut Temari yang buncit karena mengandung anak laki-laki dari
Shikamaru."Aku ingin dia terlahir anak yang jenius, tampan, berbakti,rajin tidak malas sepertimu dan yang paling penting aku ingin anak ini rambutnya sepertiku." Ujar Temari tersenyum.
"Memangnya kau mau anak kita bermodel rambut kuncir empat sepertimu, hah?" Shikamaru menatap Temari, sepertinya ia protes.
"Tapi aku tidak mau jika nanti ada dua makhluk nanas di rumah." Shikamaru frustasi mendengar keinginan istrinya. Padahal belum tentu anak mereka akan seperti apa.
"Dia itu laki-laki, jika dia bermodel rambut kuncir empat pasti terlihat sangat aneh," Temari sedang menimbang perkataan Shikamaru.
"Baiklah, tapi aku ingin dia memiliki warna rambut sama denganku." Temari tersenyum senang akan jawabannya sendiri. Ia rasa ini cukup adil.
"Jika anak kita nanti bermodel rambut sepertiku tapi berwarna kuning sepertimu pasti dia akan sangat mirip dengan nanas." Shikamaru dan Temari membayangkan anak mereka seperti nanas berjalan. Mengerikan.
"TIDAAAAAK!" jerit Temari tidak terima. Shikamaru reflek menutup telinganya.
"Do'a kan ayahmu nak, supaya ayah bisa mendengar tangisan pertamamu…" ratap Shikamaru sambil berdo'a.
END
Tips Belajar efektif
Assalamu'alaikum
Hai Readers :) Mumpung saya sebentar lagi mau menghadapi UTS, saya ingin memberikan tips, agar bisa konsentrasi belajar dan efektif. Apa sajakah itu?
1. Niat
Ingat, innamal a'malu binniyat. Belajar juga seperti itu. Niatkan fokus, pikiran, dan seluruhnya untuk belajar. Bukan hanya karena mengejar ulangan, tapi juga karena Allah SWT. Niat adalah hal pertama yang paling penting untuk bisa konsentrasi dalam belajar, dengan diawali niat pastinya kita sudah punya pegangan awal buat belajar, belajar tanpa niat lebih banyak failed dan ilmu yang kita dapat serap sangatlah minim. So Niatkan dalam diri untuk belajar
2. Motivasi dan fokus
Setelah niat, cobalah untuk memotivasi diri sendiri. Paculah semangat anda dalam mengejar ujian, pekerjaan, atau apapun. Cara memotivasipun beragam, mulai dari motivasi dari pacar *aduh, gak nyadar saya jomblo*, motivasi karena uang, motivasi untuk lebih baik, dan lain-lain. Lalu, fokus. Fokuskan diri anda dalam belajar, jangan terpengaruh keadaan disekitar anda. Ini bertujuan agar anda dapat menyerap apa yang anda pelajari dengan baik.
3. Lingkungan
Setelah motivasi, selanjutnya adalah lingkungan. Lingkungan yang baik untuk belajar adalah lingkungan yang nyaman, aman, dan tidak mengganggu. Sebaiknya pilih lingkungan yang kondusif, dan jauh dari keramaian, semisal ruang belajar, kamar, dan lain-lain.
4. Strategi belajar
Lalu, ada strategi belajar. Strategi belajar dapat disesuaikan dengan kondisi dan teknik yang menurut anda paling nyaman. Strategi belajar juga menjadi faktor penting dalam memahami pelajaran yang telah dipelajari. Di Indonesia, memang terkenal dengan sistem SKS (Sistem Kebut Semalam). Tapi, menurut saya, itu kurang baik, karena menguras energi yang banyak dan tidak semua yang dipelajari dapat diserap otak dengan baik. Intinya, pilih strategi yang paling pas untuk anda.
5. Istirahat
Jika anda serius dan fokus belajar, jangan lupa untuk istirahat. Istirahat juga perlu, agar dalam menghadapi ujian nanti, kita tidak capek karena semalaman belajar. Istirahat yang cukup, agar kesehatan anda tetap fit, dan dapat mengerjakan ujian dengan baik.
6. Doa
Ini juga sangat Penting, doa. Apalah arti usaha kita, jika tidak dibarengi dengan doa. Dengan doa dan ikhtiar, insya allah apa yang kita harapkan pasti akan dikabulkan Allah SWT, dijamin.
Masih banyak tips lain yang mendukung. Namun, tips diatas merupakan kunci agar kita dapat belajar efektif. Semoga bermanfaat, Wassalamu'alaikum