Welcome to my blog xD

Selamat datang di Blog yang sederhana ini.

Silahkan isi pendapatmu di Buku Tamu

Terima kasih

Posted by : Ricky Anggoro Rabu, 31 Oktober 2012



Hmm,ini cerpen buatan temen saya,.......(Nama disensor). Cerpennya lagi-lagi tentang Saya dan Qulub. Daripada lama-lama,mending langsung cekidot


Ricky menutup laptopnya dan terdiam. Ia menatap ponselnya sambil menghela napas malas. Lalu disambarnya ponselnya dengan kasar dan langsung membuka kontak. Dipilihnya nama Qulub dan mengiriminya SMS. Setelah menyambar kemeja dan jaket dan memakai keduanya, ia mengantongi kunci motor dan keluar kamarnya.

Aku ke rumahmu sekarang.


-000-


Ricky menghentikan motornya di depan rumah Qulub dan cepat-cepat melepas helm, kembali mengantongi kunci motornya dan masuk ke dalam. Ia mengetuk pintu dengan buru-buru.

“Assalamualaikuum!” serunya tidak sabar. Terdengar langkah kaki dari dalam dan dia menahan diri untuk tidak mendobrak pintu dan langsung masuk ke dalam tanpa permisi.

“Waalaikumsalam..” jawab sebuah suara dari dalam dan pintu terbuka. Kakaknya Qulub muncul dari balik daun pintu. “Oh, Ricky. Cari Qulub, ya?”

“Iya. Ada di rumah, ‘kan?”

“Lagi di kamar. Masuk aja.”

Ricky bergegas masuk ke dalam dan berjalan dengancepat ke arah kamar Qulub. Tanpa mengetuk sedikitpun ia masuk dan mendapati Qulub sedang mendengarkan lagu sambil tiduran di atas kasurnya.

“Eh, Ricky!” kata Qulub, agak terkejut. Ia langsung duduk dan menghentikan lagu yang sedang diputar dari ponselnya, lalu turun dari kasur, meletakkan ponselnya di atas meja dan mendekati Ricky. “Cepet banget! Kamu ngebut, ya?”

Ricky tidak menjawab. Ia menutup pintu kamar dan menatap Qulub dengan tajam. Qulub merinding sedikit. Tidak biasanya Ricky memandangnya seperti itu.

“Kenapa, Ricky?” tanya Qulub bingung.

Ricky menghela napas sambil melirik ke beberapa arah, seolah mempersiapkan diri. Lalu ia menatap Qulub lagi, dan kali ini Qulub benar-benar semakin bingung. “Aku butuh bantuanmu.”

Qulub mengernyit.  “Bantuan apa?”

“Pokoknya kamu harus bantu aku.”

“Iya, aku mau aja bantu, tapi ngapain?”

“Pokoknya kamu harus mau.”

“Iya tapi ngapain?”

Tak ada angin, tak ada hujan, Ricky membuka 2 kancing paling atas kemejanya. Mata Qulub melebar dan tubuhnya mendadak kaku.

“Mau, ya?” tanya Ricky. Dia mendekati Qulub.Qulub mundur selangkah. Telapak tangannya mulai basah.

“Kamu.. ngapain buka kancing bajumu, Rick?” tanya Qulub sambil menunjuk baju Ricky. Ricky semakin mendekati sosok di depannya itu. Qulub mundur lagi.

“Kamu harus mau, ya, Lub..”

“Ma.. mau apaan?”

Ricky memegang pundak Qulub, mendorongnya sampai ia jatuh di kasur. Bagian lutut sampai kepala sudah ada di atas kasur sementara lutut ke bawah bergelantungan dengan lemas di sisi kasur. Qulub berontak, berusaha bangun, tapi Ricky menahannya dan mengembalikannya ke posisi telentang.

“Ricky.. kamu.. mau.. mau apa, Riiiick…?!” Qulub terbata-bata. Ricky menahan badan Qulub sekuatnya. Ricky ada di atas Qulub dan tatapannya masih setajam tadi. Qulub benar-benar tidak percaya dengan apa yang sedang Ricky lakukan sekarang.

“Kamu mau, ya, Lub..?”

“Kamu mau nyuruh aku ngapaaaiiiiiinnnn???”

“Pokoknya kamu harus mau.”

Ricky menurunkan wajahnya sampai Qulub bisa merasakan napas hangat sahabatnya itu di seluruh wajahnya. Qulub menggigit bibir bawahnya, bibir mereka sudah dalam posisi yang sangat bahaya.

“Ricky..” ujar Qulub, dan suaranya lebih gemetar dari yang ia harapkan, “kamu mau ngapain, sih? Bilang, dong..”

“Lub, plis. Aku bener-bener harus ngelakuin ini.. kamu harus mau, ya??”

Qulub semakin panik dan ia mulai meronta. “Lepasin aku, Rick,” katanya, berusaha terdengar tenang. Tapi percuma. Ricky yang statusnya seme memang lebih kuat, dan posisi Qulub yang tidak menguntungkan membuatnya susah melawan.

“Nggak... aku nggak akan lepasin kamu sampai kamu bilang YA.”

“Ricky Anggoro, aku nggak akan bilang YA sampai kapanpun.”

“Kamu gitu, ya sama sahabatmu sendiri. Kamu harus bantu aku, Lub. Kamu harus mau.”

“Emangnya aku harus ngapain, sih?!”

“Ya.. harus..” Ricky membuka lagi satu kancing bajunya. Mata Qulub semakin melebar

“Apa-apaan, sih, kamu?! Lepasin, Ricky!”

“Nggak mau.. pokoknya kamu harus bilang YA. Baru aku lepasin kamu.”

“Kenapa aku harus bilang YA?!”

“Karena aku pengen kamu ngomong gitu.”

“Kenapa kamu pengen aku ngomong gitu?!”

“Karena aku pengen kamu ngelakuin apa yang aku mau sekarang.”

“Kenapa kamu pengen aku ngelakuin apa yang kamu mau sekarang?!”

“Karena aku pengen nyelesein sebuah masalah.”

“Kenapa kamu pengen nyelesein masalah itu?!”

“Karena masalah itu penting.”

“Kenapa masalah itu penting?!”

“Karena itu bener-bener sebuah masalah penting yang harus ada campur tanganmu.”

“Kenapa harus aku?!”

“Karena aku maunya sama kamu, Lub. Aku gabutuh yang lain. Aku cuma mau kamu.”

Wajah Qulub mendadak merah dan ia semakin kaku. Dan ketika Ricky semakin menekan tubuh Qulub di atas kasur, Qulub seolah tidak bisa berbuat apa-apa lagi. Qulub menahan tubuh Ricky supaya ia tidak menyentuh badannya. Tapi lagi-lagi percuma, Ricky menurunkan tubuhnya lagi, dan akhirnya yang membuat Qulub shock itu ketika hidungnya Ricky menempel ke hidungnya dan—

Qulub teriak sekencang-kencangnya. Tangannya Ricky lepas. Kesempatan Qulub untuk kabur. Tapi bodohnya Qulub, mungkin karena terlalu panik, ia bukannya lari ke pintu, ia malah lari ke pojokan kamar di seberang pintu. Qulub duduk dengan tubuh gemetar. Ricky mendekati Qulub sambil membuka sisa kancing baju yang belum dibuka. Qulub makin pasrah. Ia tidak tahu mau berbuat apalagi.

Ricky menarik napas dalam dan menghembuskannya lagi, lalu ia berkata dengan penuh penghayatan, “setrikain bajuku, dong.”

krik.

krik.

krik.

krik.

krik.

“BILANG KEK DARITADI!! BIKIN ORANG PANIK AJA SIH! PENGEN JADI GIGOLO, YA?!”

Tawa Ricky meledak. Ia melepas bajunya dan membiarkan Qulub keluar kamar, menyetrika bajunya yang sudah selesai dalam waktu 2 menit saja. Qulub kembali ke kamar dengan wajah yang masih kesal dan memberikan kemeja yang ia setrika kepada Ricky.

“Makasih, ya,” ujar Ricky sambil tersenyum, lalu memakai kemejanya lagi.

“Kamu tuh nakutin aku, tahu, nggak?” bentak Qulub, masih kesal. “Kamu mau ke mana, sih? Tumben, rapi gitu.”

“Mau jemput tanteku di bandara. Mau ikut?”

“Nggak, nggak usah.” Qulub menunggu sampai Ricky selesai mengancingkan semua kancing kemejanya. “Jadi tadi kamu dari rumahmu jauh-jauh ke sini cuma minta setrikain baju?”

Ricky tersenyum, lalu mengangguk mantap. “Iyalah.”

“Emangnya di rumahmu nggak ada setrika? Ngapain jauh-jauh ke sini?”

Kali ini yang lolos dari bibir Ricky adalah tawa kecil. “Ya, aku ‘kan pengen ketemu kamu, Lub. Bajuku bisa disetrikain kamu kan jadi terasa spesial banget gitu.”

Wajah Qulub memerah lagi dan Ricky tertawa, lalu buru-buru pamit sambil keluar kamar dengan agak berlari.


THE END

Leave a Reply

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

Popular Post

About Me

Foto saya
Cungkring,item,tinggi,itulah saya. Biasa dipanggil Ricky,saya saat ini sekolah di MAN Yogyakarta 1. Seorang yang suka FF (Fanfiction.net),biasanya baca Naruto *terutama Akatsuki. Sambil sesekali main gitar.Terkadang mengamati keadaan politik negeri ini yang carut marut.

Member of

Komunitas Blogger Jogja

- Copyright © 2013 Ricky Blog -Original template, click- Designed by Johanes Djogan - Edited by Ricky Anggoro-